sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Manulife: PDB di pasar global Asia naik 5,9% pada 2021

Pertumbuhan ekonomi global pada 2022 diprediksi akan lebih rendah daripada 2021.

 Ratih Widihastuti Ayu Hanifah
Ratih Widihastuti Ayu Hanifah Rabu, 08 Des 2021 08:45 WIB
Manulife: PDB di pasar global Asia naik 5,9% pada 2021

Produk Domestik Bruto (PDB) di pasar global mengalami kenaikan masif dan tumbuh sebesar 5,9% pada 2021 dibandingkan penurunan ekstrem pada 2020 karena awal pandemi menyebabkan kontraksi pertumbuhan PDB global sebesar 3,5%.

Dalam telekonferensi "Indonesia Market Outlook 2022" pada Selasa (7/12), Director & Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan, juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2022 akan bergerak normal.

"Kami memperkirakan bahwa ke depannya, pertumbuhan ekonomi global akan mulai bergerak ke arah normal. Ini artinya, pertumbuhan ekonomi global di tahun 2022 akan lebih rendah dari 2021, namun masih lebih tinggi dari retan rata-rata jangka panjangnya," katanya.

Pertumbuhan ekonomi itu, menurutnya, akan menunjukkan tren kenaikan sangat tinggi di 2021 sehingga aktivitas pertumbuhan 2022 kemungkinan diperkirakan akan tumbuh di atas rata-rata jangka panjang, namun pertumbuhannya  tidak setinggi di 2021. Perdagangan global akan ditopang kebutuhan produk dan jasa seiring dengan normalnya aktivitas ekonomi.

"Normalisasi tidak hanya terjadi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada kebijakan moneter dan fiskal. Di sisi kebijakan moneter, seiring era normalisasi ekonomi global, bank sentral dunia juga melakukan penyesuaian arah kebijakan. Suku bunga diperkirakan akan meningkat secara gradual sambil tetap memperhatikan kondisi terkait pandemi," tuturnya.

Namun, kebijakan ini sebanding dengan komunikasi dan sinyal bank sentral yang krusial pada 2022, terutama ketidakpastian inflansi. "Adapun yang dilakukannya dengan mengantisipasi mengantisipasi kenaikan imbal hasil US treasury dan dua kali kenaikan Fed rate di 2022," jelas dia.

Katarina menjelaskan, pengetatan dalam kebijakan fiskal saat ini sejalan dengan pemulihan perekonomian. Karena itu, Kebijakan fiskal pada 2022 di negara maju dan berkembang tetap akan berjalan akomodatif dan lebih tinggi dari rerata jangka panjang, walaupun tidak sebesar 2020-2021.

"Pengetatan yang lebih besar akan terjadi di kawasan negara maju, di mana defisit fiskal bisa turun dari 8,8% ke 4,8% PDB. Sementara di negara berkembang, defisit diperkirakan turun lebih sempit dari 6,6% ke 5,7% PDB," paparnya.

Sponsored

Bagaimanapun, baginya, pemulihan rantai pasok global di Asia berdampak positif dalam pemulihan sektor manufaktur dan pasar finansial Asia. Alasannya, Asia menjadi produsen penting dunia pada 2022.

"Asia sebagai produsen penting dunia akan sangat berperan dalam pemulihan rantai pasokan global di  2022. Normalisasi pertumbuhan dan perbaikan rantai pasokan global akan berdampak positif pada sektor manufaktur dan pasar finansial Asia. Pengetatan kebijakan The Fed menjadi tantangan yang harus diperhatikan, namun Asia masih memiliki ruang kebijakan moneter yang lebih longgar didukung oleh inflasi yang lebih terjaga dan tingkat suku bunga riil yang tinggi sehingga memberi fleksibilitas bagi bank sentral di kawasan ini," ungkapnya.

Adapun yang berpengaruh pada pertumbuhan PDB dan ekonomi, yaitu penanganan pemerintah di Asia dalam kasus Covid-19 dianggap belum maksimal, terkesan lambat di tahun 2021. Jika saja respons pemerintah Asia cepat, pemulihan ekonomi pada 2021 diyakini akan membaik.

"Penanganan pandemi di beberapa negara ASEAN yang pada awalnya cenderung relatif lambat  membuat pemulihan ekonomi di 2021 belum maksimal sehingga perbaikan diperkirakan masih akan terus berlanjut di 2022,” ujar Katarina.

Kawasan ASEAN diperkirakan akan menjadi salah satu kawasan yang dapat mencatat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, berlawanan dengan kawasan lain yang mengalami normalisasi pertumbuhan ekonomi.

ASEAN-5, yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, pun diprediksi bakal mengalami pertumbuhan PDB sebesar 5,8% pada 2022 atau melampaui pertumbuhan negara maju (4,5%), negara berkembang di Eropa (3,6%), dan Amerika Latin (3%). Tekanan inflasi yang masih rendah di ASEAN memberikan fleksibilitas bagi bank sentral untuk menjaga kebijakan moneter tetap akomodatif.

Berita Lainnya
×
tekid