sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Peluang dan tantangan budi daya tanaman hias di Kapuas Hulu

Tanaman hias di Kapuas Hulu dengan kondisi tertentu bisa dijual dengan harga puluhan juta rupiah.

Zulfikar Hardiansyah
Zulfikar Hardiansyah Senin, 27 Sep 2021 20:14 WIB
Peluang dan tantangan budi daya tanaman hias di Kapuas Hulu

Tren permintaan tanaman hias kian melejit saat pandemi, khususnya di Kalimantan Barat.  Angeline Fremalco, Ketua PKK Kapuas Hulu mengatakan, saat ini tanaman hias asli Kapuas Hulu yang banyak diminati yakni jenis Aroid, antara lain seperti alocasia, rhaphidophora, scindapsus, dengan varian varigata.

Menurutnya, tanaman hias ini sangat berpotensi untuk menumbuhkan ekonomi masyarakat, bahkan satu tanaman dengan kondisi tertentu bisa dijual dengan harga puluhan juta rupiah.

“Raphidophora yang biasa dengan kondisi 5-6 daun cuma dijual Rp200 ribu, tapi kalau itu varigata dengan 5-6 daun harganya bisa Rp20 juta,” tuturnya kepada Alinea.id, Senin (27/9).

Sejauh ini, Angeline telah bertemu dengan dua pelaku usaha yang sudah berhasil membudidayakan tanaman hias walau dengan peralatan yang terbatas. Bahkan, mereka sudah dapat mengirim hasil budidayanya hingga ke luar negeri.

Angeline melanjutkan, meski tren permintaan meningkat dan potensi ekonominya besar, namun terdapat beberapa tantangan dalam memanfaatkan situasi tersebut. Pertama, tiadanya perhatian khusus terkait pembudidayaan tanaman hias dari pemerintah daerah.

“Saya kemarin sempat berkomunikasi dengan dinas emang belum ada sama sekali ya pembinaan ataupun komunikasilah dengan pelaku-pelaku usaha di tanaman hias ini, baru saya akan coba mulai bicarakanlah dengan pihak pemda,” ungkapnya.

Tantangan kedua, lanjutnya, masih banyak pelaku usaha yang belum mampu membudidayakan tanaman hias. “Jadi mereka hanya mencari tanaman di hutan, mereka meminta penduduk-penduduk asli yang jauh di pedalaman untuk mencari tanaman, mereka coba kasih contoh misalnya tanaman jenis ini, terus ada hunter yang pergi mencari dan kemudian mereka memasarkan via media sosial,” paparnya.

Melihat kondisi di atas, Angeline kemudian menginisiasi mengadakan pelatihan terhadap pelaku usaha agar tidak langsung menjual tanaman hias yang diperoleh dari hutan, tapi dibudidayakan terlebih dahulu.

Sponsored

“Kita akan coba pantau, kita mungkin akan usahakan untuk dilakukan semacam pelatihan-pelatihan lah atau untuk melatih mereka supaya jangan menjual tanaman dulu sebelum mereka bisa memperbanyak,” ujarnya.

Dalam menyelenggarakan pelatihan pembudidayaan tanaman hias, Angeline juga berencana melibatkan langsung pegiat-pegiat tanaman hias untuk bisa mengajarkan pelaku usaha di Kapuas Hulu supaya lebih profesional.

Dengan pelatihan tersebut, Angeline berharap usaha masyarakat pada tanaman hias bisa berkelanjutan. “Kita maunya kan berkelanjutan, walaupun diluar nanti pandemi sudah berakhir, usaha tanaman ini tetap berjalan, mereka harus konsisten, jadi itu kita harus ajarin bagaimana sih mengelola tanaman yang benar,” harap Angeline.

Berita Lainnya
×
tekid