close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Petugas medis mengambil sampel darah dengan tes cepat Covid-19 di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jabar, Rabu (25/3/2020). Foto Antara/Fakhri Hermansyah
icon caption
Petugas medis mengambil sampel darah dengan tes cepat Covid-19 di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jabar, Rabu (25/3/2020). Foto Antara/Fakhri Hermansyah
Bisnis
Selasa, 02 Maret 2021 12:43

Tak bisa produksi PCR, pemerintah akui impor rapid test kualitas buruk

Pemerintah mengakui sempat mengimpor alat tes cepat berkualitas buruk untuk pengetesan Covid-19 karena belum mampu memproduksi RT PCR.
swipe

Indonesia sampai kini belum mampu memproduksi reverse trascriptase polymerase chain reaction (RT PCR). Padahal, alat itu merupakan standar emas (gold standard) untuk mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. 

"Terus terang, hingga sekarang kita belum mempunyai kemampuan untuk mengembangkan dan memproduksi mesin PCR," ujar Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro, dalam keterangan pers virtual, Selasa (2/3).

Tepat setahun lalu, Indonesia mengumumkan kasus pertama Covid-19. Imbasnya, sempat mengimpor banyak alat tes cepat (rapid test) berbasis antibodi dengan kualitas buruk guna memenuhi pengetesan (testing) dan penapisan (screening).

"Di awal (pandemi melanda Indonesia), membuat begitu banyak impor rapid test antibodi datang dari berbagai negara. Karena memang kondisinya mendesak sehingga tidak ada analisa dan asesmen terhadap kualitasnya. Banyak dipertanyakan karena tidak ada seleksi," tutur Bambang.

Indonesia juga banyak mengimpor termometer, bahan baku obat untuk vaksin, hingga ventilator. Namun, volumenya menyusut seiring dengan pengembangan dan produksi alat kesehatan (alkes) dalam negeri.

"Kita memang tahun lalu tidak menggunakan pendekatan top down karena belum terlalu memahami seperti apa penyakit ini. Kita belum memahami bagaimana dan apa kekurangan Indonesia yang (alat kesehatan) masih tergantung pada impor. Ternyata, setelah kejadian Covid-19, kita melihat sangat kurang ventilator di berbagai fasilitas kesehatan di Indonesia,” ujarnya.

Bambang pun berharap akan ada penemuan baru untuk membantu penanganan Covid-19, seperti terapi plasma konvalesen hingga GeNose-19.

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan