sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pemerintah jamin ketersediaan bahan pangan selama Ramadan

Pemerintah juga memastikan harga komoditas pangan selama periode Ramadan 2018 ini tetap stabil

Cantika Adinda Putri Noveria Laila Ramdhini
Cantika Adinda Putri Noveria | Laila Ramdhini Senin, 21 Mei 2018 14:38 WIB
Pemerintah jamin ketersediaan bahan pangan selama Ramadan

Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan pasokan komoditas pangan selama Ramadan aman. Menteri Pertanian Amran Sulaiman, mengatakan, ketersediaan pangan ini, mencapai 20-30% di atas kebutuhan masyarakat.

“Sekali lagi kami sampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa persediaan pangan cukup selama Ramadan,” kata Amran usai Seminar Ketersediaan Pangan di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan RI, Senin (21/5).

Amran juga memastikan harga komoditas pangan selama periode Ramadan 2018 ini tetap stabil. Hal tersebut berkaca pada bulan puasa tahun lalu. Di mana harga pangan relatif stabil di beberapa sektor.

Lebih lanjut, Amran menekankan kepada seluruh pedangang agar tidak menaikkan harga bahan pangan, terutama yang bersangkutan dengan sektor pertanian. Pemerintah, bakal menindak tegas oknum yang memainkan harga.

“Kalau ada yang menaikkan harga, kami akan cabut izin bisnisnya,” ujar dia.

Di sisi lain, produksi di sektor pertanian telah mencapai nilai yang memuaskan. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS),  pada 2017 produksi pertanian mencapai Rp 441 triliun atau naik sekitar 20% dari tahun sebelumnya.

“Kami memang fokus pada produksi. Sehingga alhamdulillah, capaian produksi di tahun 2017 merupakan tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Kita juga harus mengapresiasi para petani nasional,” kata dia.

Capaian terbaik juga terjadi di komoditas tertentu seperti bawang merah. Indonesia berhasil memenuhi kebutuhan bawang merah, yang tadinya harus mengimpor dari luar.

Sponsored

“Di tahun 2014 kami masih impor bawang merah sebanyak 72.000 ton. Tapi hari ini bahkan kami sudah ekspor ke 60 negara,” ujarnya.

Selain bawang, komoditas yang berhasil lepas dari bayang impor adalah jagung. Indonesia berhasil mengekspor jagung sebanyak 500.000 ton ke enam negara. Sebelumnya, dalam beberapa tahun ke belakang, pemerintah mengimpor  36 juta ton jagung dengan nilai sebesar Rp10 triliun.

"Capaian hari ini, dulu jagung kita impor 36 juta atau sekitar Rp10 triliun. Hari ini kita sudah ekspor 500 ribu ton ke enam negara. Dulu kita impor dari AS dan Argentina," pungkasnya.

Dalam kesempatan itu, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo, mengatakan, pemerintah dan seluruh stakeholder harus berkoordinasi untuk menyediakan kebutuhan pokok bagi masyarakat.

“Kami di dewan mendorong Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Perindustrian untuk terus berkoordinasi menangani masalah harga yang terkadang lepas kendali,” katanya.

 Tolak ukur terpenuhinya kebutuhan pangan bisa dilihat dari segi kuantitas, yakni dipastikan jumlahnya memenuhi semua kebutuhan. Sementara, dari segi kualitas juga mutunya mesti aman untuk dikonsumsi. 

Sementara, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno melakukan program Serap Gabah (Sergab) bekerja sama dengan Bank Negara Indonesia (BNI)  di Garut, Jawa Barat, pada Senin (21/5).

Serap gabah yang dilakukan di lahan seluas 6.500m2 ini berada di Desa Sukabakti, Kecamatan Tarogong, Kidul, Garut. Gabah tersebut dijual dengan harga Rp 4.700/kg.

‎Gabah yang berbasiskan Kartu Tani ini merupakan fase akhir dari panen raya petani yang menerima kucuran Kredit Rakyat (KUR) senilai Rp 8,15 miliar di Garut. Secara keseluruhan, total gabah di Garut yang terserap oleh BNI telah mencapai sebanyak 4.700 ton dari total lahan seluas 617 hektare.

“Kita ingin secara lebih aktif membantu petani. Di sini ada Bank BNI yang membuat program ke Petani melalui Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), supaya bisa menyerap gabah dengan harga baik,” kata Rini di Garut seperti dikutip dalam siaran persnya.

Pada kesempatan ini, Rini juga turut menyerahkan secara simbolis KUR Tani BNI dan Kartu Tani kepada beberapa petani. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program kewirausahaan pertanian yang dilakukan oleh BNI di Garut sejak Oktober 2017. 

Dalam program tersebut BNI melakukan penguatan kelembagaan baik petani maupun badan usaha yang menaungi petani dengan membentuk dua unit PT Mitra Desa Bersama Banyuresmi dan Kadungora.

“Tujuan kita di sini, benar-benar ingin membantu petani meningkatkan kesejahteraan maupun perbaikan pendapatan,” ujar Rini.

Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menambahkan, jumlah Kartu Tani yang telah disalurkan BNI kepada petani di Kabupaten Garut mencapai 7.615 kartu. 

Dimana sebanyak 1.262 petani telah memperoleh pembiayaan KUR BNI senilai Rp 8,15 miliar.  Baiquni juga mengatakan, BNI juga telah mengakuisisi sebanyak 326 Agen, yang di dalamnya terdapat 56 agen Poktan dan 270 agen non Poktan.‎

Rini juga meninjau lokasi Mitra Desa Bersama (MDB) Kadungora dan Banyuresmi yang telah memiliki unit bisnis berupa Unit Toko Tani sebagai penyedia kebutuhan sarana produksi, dan Unit Toko Desa yang menjual kebutuhan harian masyarakat. 

Kemudian dilanjutkan dengan meresmikan Mitra Desa Rice Mills yang dikelola oleh Mitra Desa Kadungora sebagai unit penggilingan beras dimana BNI memberikan CSR dalam bentuk Bantuan mesin pengering gabah. Sekaligus juga melakukan silaturahmi ke Pondok Pesantren Darul Arqom dan menyaksikan program CSR BNI untuk memperbaiki Pesantren Utsmaniyah Al Musri yang mengalami musibah kebakaran tahun 2017 lalu.

Terakhir, Rini meninjau program kredit mikro Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar)  yang dijalankan oleh PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Sedikitnya, PT PNM telah memiliki 65.425 nasabah di Garut yang mayoritas memiliki pekerjaan berkebun dan bertani.

PNM merupakan BUMN yang bergerak di bidang ekonomi kerakyatan melalui pembiayaan, pendampingan dan jasa manajemen kepada pelaku usaha ultra mikro, mikro, kecil dan menengah (UMKM). Mekaar sendiri adalah produk pembiayaan usaha yang diberikan kepada kelompok perempuan prasejahtera produktif pelaku usaha ultra mikro.

Berita Lainnya
×
tekid