Realisasi investasi di Jawa Tengah (Jateng) sepanjang 2020 diklaim mencapai Rp50,242 triliun atau 202% dari target Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pemodal dalam negeri disebut mendominasi.
"Ini dikontribusikan dari penanaman modal asing (PMA) US$1.363.635.000. Sementara penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp30.606.131.200.000," ucap Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, Ratna Kawuri, Jumat (29/1).
Investasi tertinggi terjadi pada triwulan IV 2020 karena mencapai Rp12,71 triliun. Perinciannya, PMDN Rp7,81 triliun dan PMA Rp4,9 triliun.
Menurutnya, pandemi memengaruhi investor asing menanamkan modal di Jateng lantaran terjadi pembatasan akses. “PMA mengalami keterbatasan aktivitas transportasi yang constrain (memaksa) kondisi di sana."
Dia melanjutkan, PMA cenderung berinvestasi di sektor listrik, gas, dan air diikuti industri tekstil, barang dari kulit, serta alas kaki. Adapun PMDN meminati sektor transportasi, gudang, telekomunikasi, listrik, gas, air, industri mineral nonlogam, jasa, perumahan kawasan industri, dan perkantoran.
Berdasarkan wilayah, Batang, Jepara, Kota Semarang, Brebes, dan Kendal menjadi primadona bagi PMA. Sedangkan PMDN, melansir situs web Pemprov Jateng, lebih menyukai wilayah Tegal, Kota Semarang, Cilacap, Grobogan, dan Kudus.
"Kalau negara peminat investasi di Jawa Tengah adalah Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan, dan British Virgin Island,” imbuhnya.
Ratna mengklaim, penanaman modal tersebut mampu menyerap 170.036 tenaga kerja. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan 2019 sebesar 114.743 orang.
Sementara itu, jumlah proyek pada 2020 mencapai 11.712. Angka itu naik 5.930 proyek dibandingkan 2019 sebanyak 5.782 proyek.