sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Respons Komisi VII DPR setelah PLN tekan beban take or pay Rp47,05 triliun

Komisi VI mendukung PLN memiliki kontrak baik pengadaan maupun kontrak jual beli listrik yang lebih fleksibel.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Rabu, 15 Feb 2023 17:45 WIB
Respons Komisi VII DPR setelah PLN tekan beban take or pay Rp47,05 triliun

Komisi VI DPR mengapresiasi langkah PT PLN (Persero) dalam menekan beban take or pay (TOP) hingga Rp 47,05 triliun pada 2022. Langkah tersebut dilakukan PLN untuk mengoptimasi kontrak supply listrik dengan Independent Power Producer (IPP), agar bisa meningkatkan efisiensi PLN selama pandemi berlangsung.

Anggota Komisi VI DPR Gde Sumarjaya Linggih, menyampaikan, hal ini menjadi perhatian Komisi VI agar tak menjadi beban bagi PLN. Mengingat kondisi penurunan konsumsi listrik terjadi karena adanya pandemi Covid-19.

Senada dengan Gde, anggota Komisi VI DPR Herman Haeron menilai, era rezim TOP mestinya disudahi saja karena menjadi beban PLN ke depannya. Ia mengatakan Komisi VI mendukung PLN memiliki kontrak baik pengadaan maupun kontrak jual beli listrik yang lebih fleksibel.

"Menurut saya, harus diakhiri era take or pay untuk energi yang basisnya memang bisa dikurangi. Untuk gas memang agak sulit ya, tetapi kalau batu bara bisa dikelola, pembakarannya bisa disiasati. Jadi bisnis lebih fair, dan ini menguntungkan bagi PLN," tutur Herman.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, di tengah kondisi pandemi Covid-19 kemarin, PLN menghadapi tantangan oversupply. Untuk memitigasi adanya beban TOP, PLN melakukan optimasi kontrak khususnya dengan IPP.

"Di tengah kondisi oversupply, kami secara mandiri bernegosiasi dengan IPP untuk memundurkan COD supaya oversupply tidak semakin parah. Dan akhirnya kami berhasil memperjuangkan cost saving hingga Rp 47 triliun dari konsultasi bersama dengan 17 IPP secara mandiri untuk mencari titik temu solusi," kata Darmawan.

Darmawan merinci, sampai dengan akhir 2021, konsultasi bersama dengan IPP, telah berhasil menekan TOP sebesar Rp37,21 triliun. Upaya optimasi kontrak terus dilakukan PLN pada 2022 sehingga TOP yang berhasil ditekan adalah Rp9,83 triliun.

Dalam menyiasati kondisi oversupply, PLN juga melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan konsumsi listrik. PLN melakukan strategi intensifikasi dan ekstensifikasi untuk menambah konsumsi listrik.

Sponsored

Adapun strategi intensifikasi meliputi program pemasaran tambah daya bagi pelanggan eksisting. Sementara strategi ekstensifikasi meliputi penciptaan demand listrik baru melalui electrifying lifestyle. PLN juga menjalankan program akuisisi captive power dengan berkolaborasi dengan industri untuk memakai listrik PLN.

PLN juga menjangkau kebutuhan listrik masyarakat melalui electrifying agriculture, electrifying marine, dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu penopang kinerja penjualan dan operasional yang lebih efisien pada 2022.

"Di tengah kondisi Covid-19, PLN bukan hanya survive tetapi bahkan berhasil membukukan pertumbuhan positif," tutur Darmawan.

Berita Lainnya
×
tekid