close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Pixabay
icon caption
Ilustrasi. Pixabay
Bisnis
Rabu, 10 Maret 2021 18:39

Yield US Treasury naik, investor khawatir taper tantrum

Naiknya yield sudah direncanakan untuk menaikkan inflasi yang lemah pada 2020.
swipe

Tren kenaikan yield US Treasury atau surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun beberapa waktu belakangan memberikan tekanan di bursa saham global. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikut terdampak dengan kenaikan ini. 

Tercatat, dalam empat hari berturut-turut IHSG ditutup turun ke zona merah hingga Selasa (9/3) akibat sentimen ini. Chief Investment Officer Mandiri Investasi Ali Yahdin Saugi menjelaskan, US Treasury sebagai yield benchmark di seluruh dunia sangat diperhatikan oleh investor pasar modal.

"Memang yield itu naik sudah direncanakan, karena untuk menaikkan inflasi," kata Ali, Rabu (10/3).

Masalahnya, pergerakan yield tersebut saat ini terbilang sangat cepat. Tercatat, yield US Treasury ini pada Senin (8/3) naik menjadi 1,62%, sebelum akhirnya turun pada Selasa (9/3) menjadi 1,54%.

Naiknya yield ini, akibat dari stimulus Covid-19 yang diberikan Joe Biden lebih tinggi dari yang sudah direncanakan sejak akhir tahun, yaitu US$1,9 triliun dari US$900 miliar. Hal ini menyebabkan adanya ekspektasi jika ekonomi Amerika Serikat (AS) bisa pulih lebih cepat.

Pemulihan ekonomi AS dan naiknya yield US Treasury ini pun dapat berdampak ke pasar negara berkembang seperti Indonesia. Apabila yield US Treasury naik kencang dan pemerintah AS melakukan pengetatan moneter, gerak Bank Indonesia dalam hal pengaturan moneter (monitary policy) menjadi terbatas.

"Sehingga ini takutnya akan terjadi taper tantrum seperti 2013," ujar dia. 

Sebagai informasi, apabila terjadi pengetatan moneter di negara maju, maka uang akan mengalir lagi ke negara maju seperti AS yang pernah terjadi pada 2013 atau taper tantrum. Hal tersebut akan membuat rupiah berada dalam tekanan.

Meski demikian, Ali memandang wajar jika yield US Treasury ini naik secara perlahan. Pasalnya, terjadi perpindahan dari safe haven ke aset yang lebih berisiko.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan