sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

157 orang tewas akibat serangan kelompok bersenjata di Mali

Terkait serangan yang terjadi di Mali, PBB telah mengirimkan tim penyelidik.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 27 Mar 2019 10:31 WIB
 157 orang tewas akibat serangan kelompok bersenjata di Mali

Setidaknya 157 orang dilaporkan tewas akibat serangan yang dilancarkan kelompok bersenjata ke Desa Ogossagou, dekat Kota Mopti, di Mali tengah pada Sabtu (23/3). Hal tersebut disampaikan oleh seorang juru bicara pemerintah, mengonfirmasinya sebagai salah satu kekejaman terbaru yang terburuk di negeri yang telah dilanda kekerasan etnis tersebut.

"Jumlah resmi korban tewas adalah 157 orang," ungkap juru bicara pemerintah Amadou Kotia .

Serangan itu terjadi ketika misi Dewan Keamanan PBB tengah mengunjungi negara penghasil emas di Afrika Barat itu guna mencari solusi atas kekerasan yang telah menewaskan ratusan warga sipil tahun lalu dan menyebar ke seluruh wilayah Sahel.

Seorang pejabat dari kota terdekat mengatakan pada Sabtu bahwa sejumlah orang bersenjata yang berpakaian seperti pemburu tradisional Dozo, menyerang sejumlah desa yang dihuni oleh saingan mereka, yaitu para penggembala Fulani. 

Oleh Dozo, sejumlah penggembala Fulani yang sebagian besar muslim dicurigai menyembunyikan para ekstremis Islam. Namun, tuduhan itu dibantah oleh Fulani. Kedua etnis memiliki sejarah ketegangan terkait akses tanah.

Serangan pada Sabtu lalu terjadi kurang dari sepekan setelah serangan mematikan oleh kelompok ekstremis ke pos militer yang juga berada di Mali tengah, menewaskan sedikitnya 23 tentara. Kelompok yang berafiliasi dengan Al Qaeda mengklaim mendalangi serangan itu.

Kelompok-kelompok ekstremis yang berafiliasi dengan Al Qaeda dan ISIS dilaporkan telah mengeksploitasi rivalitas etnis seperti yang terjadi antara Fulani dan Dozo di Mali dan negara tetangganya, Burkina Faso serta Niger, dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan rekrutmen serta membuat kawasan itu sulit dikendalikan.

Pada 2013, pasukan Prancis melakukan intervensi di Mali yang merupakan bekas koloninya. Itu dilakukan untuk memukul mundur kelompok ekstremis dari wilayah utara gurun, tetapi sejak saat itu pula mereka berkumpul kembali dan memperluas kehadiran mereka ke Mali tengah dan negara-negara tetangga.

Sponsored

Sekitar 4.500 tentara Prancis tetap bermarkas di Sahel, namun kebanyakan dari mereka ada di Mali. Amerika Serikat juga memiliki ratusan tentara di wilayah tersebut.

PBB kirim tim investigasi

PBB telah mengirim satu tim penyelidik ke Mali. Juru bicara Komisi Tinggi HAM PBB Ravina Shamdasani menuturkan bahwa serangan mengerikan pada Sabtu menandai lonjakan signifikan kekerasan.

"Pihak yang disebut 'kelompok-kelompok pertahanan diri' tampaknya berusaha untuk membasmi kelompok-kelompok ekstremis brutal," tutur Shamdasani.

Shamdasani memaparkan, di wilayah Mopti sendiri, serangan telah menyebabkan kematian sekitar 600 wanita, anak-anak, dan pria. Sementara, ratusan lainnya kehilangan tempat tinggal sejak Maret 2018. "Lebih dari sepertiganya tewas sejak awal 2019."

"PBB telah mengirim tim yang terdiri dari 10 petugas hak asasi manusia, seorang petugas perlindungan anak dan dua penyelidik TKP ke wilayah Mopti untuk menyelidiki serangan hari yang terjadi Sabtu," kata Shamdasani. 

"Kami melakukan kontak langsung dengan pihak berwenang," ungkap dia seraya menambahkan bahwa PBB telah menawarkan bantuan untuk membawa para pelaku ke pengadilan untuk memutus lingkaran impunitas.

Christophe Boulierac, juru bicara UNICEF, mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa sekitar sepertiga dari korban tewas adalah anak-anak, dan 31 anak-anak lainnya juga terluka.

"Pembunuhan tragis ... pada anak-anak yang tidak berdaya ini terjadi dalam skala yang belum pernah ada sebelumnya," katanya. (Reuters dan Al Jazeera)

Berita Lainnya
×
tekid