sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Demo rompi kuning, presiden Prancis janji naikkan upah minimum

Demonstrasi rompi kuning di Prancis untuk memprotes kenaikan harga bahan bakar telah berlangsung kurang lebih empat pekan.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Selasa, 11 Des 2018 11:12 WIB
Demo rompi kuning, presiden Prancis janji naikkan upah minimum

Presiden Prancis Emmanuel Macron menjanjikan kenaikan upah minimum dan konsesi pajak sebagai respons atas protes rompi kuning yang telah berlangsung kurang lebih selama empat pekan.

Demonstrasi rompi kuning di Prancis yang diwarnai kekerasan didasari protes terhadap kenaikan pajak bahan bakar, biaya hidup, dan sejumlah isu lainnya.

Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Macron mengutuk kekerasan. Namun, di lain sisi, presiden Prancis berusia 40 tahun tersebut menyatakan bahwa kemarahan para demonstran dalam banyak hal masuk akal.

Upah minimum akan meningkat 100 euro per bulan per 2019.

Sementara itu, peningkatan pajak yang direncanakan untuk pensiunan berpenghasilan rendah akan dibatalkan, upah lembur tidak akan dikenakan pajak lagi, dan pengusaha akan didorong untuk membayar bonus akhir tahun bebas pajak kepada para karyawan, ungkap Macron dalam pidatonya.

Meski demikian, Macron menolak untuk mengembalikan pajak pada orang kaya. Dia mengatakan, "Ini akan melemahkan kita, kita perlu menciptakan lapangan kerja."

Upah minimum akan meningkat sebesar 7% dan peningkatan ini akan dipenuhi oleh pemerintah.

Menteri pemerintah Olivier Dussopt mengatakan kepada BFMTV bahwa total biaya atas kebijakan tersebut kemungkinan berkisar antara 8 hingga 10 miliar euro. "Kami tengah membuat penyesuaian dan melihat bagaimana membiayainya."

Sponsored

Macron sendiri di dalam pidatonya mengakui bahwa banyak orang tidak senang dengan kondisi hidup dan mereka merasa tidak pernah didengarkan. Menurutnya, selama 40 tahun terakhir telah terjadi kelesuan di desa-desa dan wilayah di mana layanan publik telah berkurang, memicu kondisi hidup yang memburuk.

Sang presiden yang merupakan mantan bankir sebelumnya kerap dikritik karena dianggap tidak terjangkau dan tidak mendengarkan keluhan dari masyarakat biasa. Macron pun dinilai berusaha mengubah kesan ini pada Senin (10/12), dengan berjanji akan bertemu para wali kota dari seluruh wilayah Prancis serta mendorong diskusi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Kita harus mengatasi persoalan imigrasi," imbuhnya, sementara itu juga mendesak Prancis bersatu untuk menangani isu perubahan iklim dan sejumlah tantangan lainnya.

Respons atas pidato Macron

Solusi yang ditawarkan Macron ditolak oleh seorang pengunjuk rasa rompi kuning, Benjamin Cauchy. Kepada France 2, Cauchy menuturkan, "Ini adalah setengah dari yang kami harapkan. Kami rasa Macron punya lebih banyak hal untuk diberikan."

Lawan politik Macron juga merespons pidatonya dengan kritis. Pemimpin sayap kiri Jean-Luc Melenchon berharap protes berlanjut, politikus sayap kanan Eric Woerth menggambarkan janji Macron sebagai solusi jangka pendek, dan pemimpin sayap kanan Marine Le Pen menyatakan bahwa Macron hanya menyinggung beberapa kesalahannya, tidak semuanya.

Para demonstran mengadopsi nama gerakan rompi kuning setelah adanya kampanye di media sosial yang mendesak orang-orang untuk turun ke jalan dengan mengenakan rompi kuning visibilitas tinggi. Rompi tersebut harus dibawa di setiap kendaraan di Prancis.

Mereka awalnya memprotes kenaikan bea masuk diesel, yang secara luas digunakan oleh pengendara Prancis dan telah lama tidak dikenakan pajak yang tinggi dibandingkan jenis bahan bakar lainnya.

Harga solar sendiri telah naik sekitar 23% selama 12 bulan terakhir dan keputusan Macron untuk memaksakan kenaikan pajak 6,5 sen pada solar dan 2,9 sen pada bensin mulai 1 Januari membuat marah banyak orang, terutama di wilayah pedesaan.

Macron menuturkan bahwa pajak yang lebih tinggi pada bahan bakar fosil diperlukan untuk mendanai investasi energi terbarukan.

Namun, protes ternyata merembet ke sejumlah isu lain, termasuk tuntutan atas upah yang lebih tinggi, pajak yang lebih rendah, pensiun yang lebih baik dan persyaratan masuk universitas yang lebih mudah.

Sumber : BBC

Berita Lainnya
×
tekid