sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Peter Gontha: Indonesia perlu impor budaya kerja Korsel

Dukungan pemerintah merupakan salah satu hal yang membuat budaya Korea Selatan begitu mendunia.

Valerie Dante
Valerie Dante Kamis, 19 Sep 2019 09:28 WIB
Peter Gontha: Indonesia perlu impor budaya kerja Korsel

Mantan Duta Besar RI untuk Polandia Peter F. Gontha mengatakan bahwa tidak hanya mengonsumsi produk budaya populer Korea Selatan, Indonesia perlu "mengimpor" budaya Negeri Ginseng yang bermanfaat bagi masyarakat.

"Jangan hanya impor produk budaya seperti drama Korea (K-Drama) atau K-Pop, tetapi harus serap hal-hal yang bermanfaat bagi kita seperti budaya kerja, budaya bersih dari korupsi, budaya yang memprioritaskan penegakan hukum hingga budaya kebersihan mereka," jelas Peter dalam "Indonesia-Korea Conference 2019" di The Energy Building, Jakarta, pada Rabu (18/9).

Dia memuji budaya Korea atau yang kerap disebut sebagai "Korean Wave" yang telah melanda dunia. Namun, menurutnya, budaya itu perlu membawa nilai tambah.

"Saya setuju saja ada produk-produk budaya Korea Selatan, tetapi apakah itu memberi kita pelajaran? Hal-hal seperti ini yang perlu menjadi pertimbangan," ungkap dia.

Menurutnya, kini hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan tengah berada di titik tertinggi. Untuk itu, Indonesia perlu memanfaatkannya dengan meningkatkan pertukaran pengetahuan.

Sekitar 40.000 WNI tinggal di Korea Selatan. Lebih dari setengahnya, jelas dia, merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI).

"Seharusnya ada konsentrasi pada bidang pendidikan dengan memanfaatkan perkembangan hubungan Indonesia dengan Korea Selatan. Biarkan WNI kita belajar di sana dan menyerap ilmu kreatif sebanyak-banyaknya," kata dia.

Peter juga mengatakan bahwa Indonesia memerlukan pendekatan berbeda dalam mempromosikan budaya. Menurutnya, perwakilan RI di luar negeri kerap menjual budaya Indonesia yang tradisional seperti tari-tarian daerah hingga batik.

Sponsored

"Coba contoh cara Korea Selatan mempromosikan produk budaya mereka. Bukan hanya menjual lagu, fesyen atau film, mereka justru mempromosikan modernitas," jelas Peter. "Indonesia perlu berhenti mempromosikan hal-hal seperti gamelan, coba buat inovasi agar kita juga maju dalam hal budaya."

Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi menyatakan bahwa penetrasi budaya Indonesia ke Negeri Ginseng perlu dimulai dengan perbaikan kualitas sumber daya manusia.

"Pemerintah bisa mendukung dalam cara menyediakan fasilitas pendidikan yang dapat mencetak tenaga ahli di bidang kreatif," tutur Dubes Umar.

Dukungan pemerintah, lanjut dia, merupakan salah satu hal yang membuat budaya Korea Selatan begitu mendunia. Dia memuji penetrasi budaya Korea Selatan yang bukan hanya menjalar ke Indonesia, tetapi juga ke seluruh dunia. Salah satu caranya melalui K-Pop.

"Fenomena yang disebut Korean Wave ini bukan produk instan, Korea Selatan mengupayakannya sejak 1970-an," jelas dia.

CEO Asia Tenggara dari SM Entertainment, Han Kyung-jin, mengatakan bahwa tidak hanya dipandang sebagai genre musik di Indonesia, K-Pop kini merupakan budaya tersendiri.

"Saya ingin membuat Indonesian Pop atau I-Pop. Maka itu SM Entertainment sangat gencar berinvestasi di pasar Asia dan bahkan berfokus pada Indonesia," ungkap dia.

SM Entertainment sendiri merupakan salah satu dari tiga perusahaan hiburan terbesar di Korea Selatan. Mereka menaungi sejumlah grup K-Pop ternama seperti Super Junior, SHINee dan Girls Generation.

Dubes Umar menekankan, hubungan antarmasyarakat merupakan hal yang penting dalam penyebaran budaya Indonesia ke Korea Selatan.

KBRI Seoul, jelasnya, memanfaatkan diaspora yang berada di Korea Selatan untuk menjadi agen yang berkontribusi bagi hubungan antarmasyarakat kedua negara.

Sependapat dengan Umar, Sekretaris Jenderal ASEAN-Korea Center Lee Hyuk menyatakan bahwa hubungan antarmasyarakat Pyongyang-Jakarta perlu ditingkatkan secara signifikan.

"Pada 2018, wisatawan Korea Selatan yang mengunjungi Indonesia sebanyak 350.000. Namun, wisawatan yang ke Vietnam bisa mencapai 3,5 juta. Ada sesuatu yang perlu dibenahi di area hubungan antaramasyarakat," tutur dia.

Berita Lainnya
×
tekid