sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Rusuh pasca-pemilu Zimbabwe, satu orang tewas

Tanpa pengakuan dunia internasional, siapapun pemimpin Zimbabwe berikutnya akan kesulitan untuk mendapatkan bantuan finansial internasional.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Kamis, 02 Agst 2018 09:41 WIB
Rusuh pasca-pemilu Zimbabwe, satu orang tewas

Satu orang tewas di Ibu Kota Zimbabwe, Harare, pada Rabu (1/8) akibat bentrokan antara pasukan kemanan dan demonstran pengunjuk rasa dari kubu oposisi yang menuding adanya kecurangan dalam pemilihan umum presiden Senin (30/7).

Suara tembakan menggelegar di jalanan, sementara para tentara yang mengerahkan kendaraan lapis baja dan sebuah helikopter militer, membersihkan jalanan.

Satu orang tertembak di dekat sebuah bus, kata sejumlah saksi mata di tempat kejadian perkara kepada fotografer Reuters.

Kekerasan terhadap para demonstran itu semakin mempersulit upaya Presiden Emmerson Mnangagwa untuk membuat negaranya diterima di dunia internasional, setelah dikucilkan semasa kekuasaan mantan presiden Robert Mugabe yang terguling oleh kudeta pada November lalu.

Sebelum aksi kekerasan itu terjadi, pemantau dari Uni Eropa mempertanyakan sejumlah kejanggalan dalam pemilu presiden dan parlemen pertama sejak Mugabe dipaksa mengundurkan diri usai 40 tahun berkuasa.

Bentrokan terjadi setelah Nelson Chamisa, pemimpin oposisi kelompok oposisi Gereakan untuk Perubahan Demokratis (MDC), mengaku memenangi suara terbanyak.

Sejumlah pendukung Chamisa kemudian melempari polisi anti huru-hara yang berjaga di depan kantor Komisi Pemilu Zimbabwe (ZEC), yang kemudian membalasnya dengan gas air mata.

"Saya berdemonstrasi dengan damai, tapi kemudian dipukuli oleh tentara," kata Norest Kemvo yang mengalami luka di bagian muda dan tangan kanan.

Sponsored

Sementara itu Menteri Pertahanan Ziyambi Ziyambi mengatakan mengaku sudah memanggil pihak angkatan bersenjata untuk memastikan "perdamaian dan ketenangan".

Tanpa pengakuan dunia internasional, siapapun pemimpin Zimbabwe berikutnya akan kesulitan untuk mendapatkan bantuan finansial internasional senilai milyaran dolar yang dibutuhkan untuk memulihkan krisis ekonomi.

Sementara itu sang presiden Mnangagwa meminta warga untuk tetap tenang dan bersabar menunggu hasil pemilihan umum antara dirinya, yang berasal dari partai penguasa ZANU-PF, dan Chamisa.

Komisi pemilu awalnya mengaku akan mengumumkan hasil pemilu presiden pada 10.30 atau 17.30 WIB, namun menundanya selama 24 jam.

Sejauh ini ZANU-PF telah memenangi 144 kursi sementara MDC 61, dan ada tiga kursi yang masih tersisa. Dengan demikian, ZANU-PF berhasil mengumpulkan sedikitnya dua per tiga kursi parlemen yang dibutuhkan untuk mengganti konstitusi.

Chimasa mengatakan bahwa pengumuman awal hasil pemilu parlemen adalah strategi untuk membuat warga berpikir Mnangagwa telah menang.

"Strategi ini ditujukan untuk membuat warga menerima hasil pemilu presiden palsu. Kami mengumpulkan suara lebih banyak dibanding Mnangagwa," kata dia.

Di sisi lain, kepala pemantau pemilu dari Uni Eropa, Elmar Brok, mengkritik komisi pemilu yang terlalu lama mengumumkan hasil pemungutan suara presiden.

"Semakin lama hasil ini tidak diketahui, maka kredibilitas pemilu semakin dipertanyakan," kata dia.

Penilaian Uni Eropa sangat penting bagi Zimbabwe untuk memperbaiki citranya di dunia internasional agar bisa menarik investasi, untuk menciptakan lapangan kerja 80 persen angkatan kerja yang menganggur.

 

Sumber: Antara

Berita Lainnya
×
tekid