sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tarif tinggi untuk produk pertanian AS ke China

Total ada 128 jenis produk AS ke China bakal terkena pajak. Negara tembok besar itu menargetkan pendapatan mencapai US$ 3 miliar.

Mona Tobing
Mona Tobing Senin, 02 Apr 2018 12:55 WIB
Tarif tinggi untuk produk pertanian AS ke China

Perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) resmi dimulai April ini. China telah menetapkan tarif baru atas sejumlah barang-barang asal AS yang masuk ke negaranya. 

CNBC melaporkan bahwa sejumlah barang yang terkena tarif impor baru antara lain produk daging, buah dan sejumlah produk lainnya yang berasal dari negeri Paman Sam. Kementerian Keuangan China mengumumkan bahwa tarif tersebut berlaku per tanggal 1 April. Artinya, mulai berlaku pada hari ini (2/4). 

Mudah ditebak, China akan membalas pengenaan tarif impor berasal dari sektor pertanian. Sebab, selama ini industri agribisnis asal AS amat bergantung pada pasar China. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, ada banyak perut yang harus diisi. Belum jelas negara mana yang dapat menambal produk pertanian dari AS, mungkin saja memperbesar produk pertanian asal Australia atau Asia Tenggara. 

Penetapan pajak ini sebagai balasan langsung terhadap pajak yang disetujui oleh Presiden Donald Trump pada baja dan aluminium impor. Para pejabat China telah memperingatkan selama beberapa minggu terakhir bahwa negara mereka akan mengambil tindakan terhadap AS.

Komisi Tarif Bea Cukai China menaikan tarif pada produk daging babi dan skrap aluminium sebesar 25%. Lalu sebesar 15% untuk 120 komoditas AS lainnya yang diimpor seperti kacang almond, buah apel dan buah beri.

Sehingga nantinya total ada 128 jenis produk AS yang bakal terkena pajak tinggi. Negara tembok besar menargetkan pengenaan tarif impor dari AS tersebut menghasilkan pendapatan sebesar US$ 3 miliar yang berasal dari anggur, buah segar, buah kering, kacang-kacangan, pipa baja, modifikasi etanol dan ginseng.

China menargetkan pemasukan senilai US$ 3 miliar dari impor AS. Barang-barang AS yang diekspor ke China pada tahun 2016 berjumlah US$ 115,6 miliar. 

Gedung Putih tidak menanggapi The Associated Press atas penetapan tarif impor tersebut. Berbeda dengan China yang langsung bereaksi saat Trump menetapkan tarif baja dan aluminium. 

Sponsored

Hanya saja, kebijakan tersebut dipastikan dapat melukai peternak dan petani Amerika. Sebab, para petani AS memberikan pendapatan hampir US$ 20 miliar ke China. 

Seperti diketahui, industri daging babi Paman Sam telah berkontribusi hingga US$ 1,1 miliar. China telah menjadi pasar nomor 3 untuk penjualan babi AS.

Trump telah menetapkan tarif baja impor dari China dan diperkirakan memberi pemasukan hingga US$ 60 miliar. Tarif yang direncanakan Gedung Putih bertujuan untuk menghukum Beijing karena diduga mencuri teknologi Amerika. 

Para pengamat telah menyatakan bahwa Beijing mungkin menyimpan langkah-langkah balas dendam yang lebih kuat untuk menanggapi rencana Gedung Putih. Kini dengan penetapan tersebut, China memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perang dagang AS dan China. Apalagi AS telah menjadi produsen utama dari produk khusus tersebut. 

Banyak ketakutan yang meningkatkan ketegangan perdagangan antara Beijing dan Washington dapat merusak ekonomi global. Ekonom pemenang hadiah Nobel Robert Shiller menilai kalau menyusul ancaman pertama China atas tarif 128 produk dapat mengakibatkan krisis ekonomi.

Shiller bahkan menyebut hal tersebut sebagai bagian dari kekacauan ekonomi dunia sehingga dapat memperlambat pembangunan di masa depan. Beijing telah mendesak Washington untuk menyelesaikan masalah ini melalui dialog dan negosiasi.

 

Siapa paling rugi? 

Lalu siapa yang paling dirugikan atas perang dagang antara kedua negara ini? Ekonom Senior China di Standard Chartered di Shanghai Wei Li justru menyebut bahwa perang dagang antara kedua negara lebih banyak merugikan China. Nilainya diperkirakan antara 1,3% sampai 3,2% dari PDB China. 

AS justru mengalami kerugian lebih kecil hanya 0,2% sampai 0,9% dari PDB mereka. Asumsi Wei Li adalah negara seperti Jerman dan Korea Selatan dapat mengisi impor barang yang dibutuhkan AS atas produk baja. Sementara China disebut bergantung penuh terhadap pertanian dan peternakan AS. 

Ekonom lain menyebut AS paling dirugikan atas perang dagang yang terjadi. Hal ini berkaca pada peristiwa yang terjadi sejak zaman Presiden George W. Bush yang memberlakukan pajak impor baja pada tahun 2002 sebesar 30%. 

Kemudian dilanjutkan pada era Presiden Barack Obama yang menetapkan pajak 30% pada impor baja. China kemudian membalasnya dengan menetapkan tarif impor untuk kaki ayam buatan Amerika sehingga membuat nelangsa para peternak unggas Amerika. 

Profesor Ekonomi Universitas Baltimore Steve H. Hanke bahkan menyebut penetapan tarif pajak sebenarnya sebagai kamuflase kebijakan Trump yang justru memperluas kesenjangan ekonomi negaranya. Trump menuding China adalah biang dari defisit anggaran AS sementara tidak jelas segala rencana ekonomi seperti rencana belanja negara dan pengurangan pajak korporasi AS. 

Berita Lainnya
×
tekid