sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tersangka penembakan di masjid di Selandia Baru memuji Trump

Pelaku penembakan di masjid di Selandia Baru memuji Trump sebagai simbol identitas kulit putih.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Jumat, 15 Mar 2019 20:38 WIB
Tersangka penembakan di masjid di Selandia Baru memuji Trump

Tersangka yang melancarkan aksi penembakan di Christchurch, Selandia Baru, merilis sebuah manifesto yang mengutip pernyataan Donald Trump dan Anders Breivik, seorang penganut supremasi kulit putih asal Norwegia yang menjadi pelaku serangan tunggal pada 22 Juli 2011 yang menewaskan 77 orang.

Manifesto itu dirilis sebelum serangan. Dokumen setebal 74 halaman oleh Brenton Tarrant, yang telah dideskripsikan oleh PM Australia Scott Morrison sebagai "karya penuh kebencian" memuji Trump sebagai simbol identitas kulit putih yang baru dan tujuan bersama".

Pria 28 tahun itu, yang kini berada dalam tahanan polisi, juga mengklaim bahwa dia memiliki kontak singkat dengan Breivik dan telah direstui untuk melakukan pembunuhan massal di Christchurch.

Dalam manifestonya, Tarrant menyatakan keberatan terhadap imigrasi dan multikulturalisme. Dia juga mengutuk apa yang disebutnya sebagai "pembusukan" budaya kulit putih.

Empat puluh sembilan orang tewas dan 48 lainnya terluka ketika Tarrant melepas tembakan di dua masjid di Kota Christchurch. Peristiwa itu disebut sebagai penembakan massal terburuk dalam sejarah Selandia Baru.

Lebih rinci, 41 orang meninggal di Masjid Al Noor, tujuh orang meninggal di Masjid Linwood, dan seorang lagi meninggal di Christchurch Public Hospital.

PM Jacinda Ardern menggambarkan kekejaman itu sebagai serangan teroris dan mengatakan bahwa Jumat (15/3) merupakan salah satu hari tergelap bagi Selandia Baru. Ardern mengutuk ideologi pelaku.

Komisioner polisi Mike Bush mengumumkan alat peledak di sebuah mobil yang berhasil dijinakkan. Namun, dia mendesak masjid-masjid tutup untuk saat ini.

Sponsored

Tarrant sendiri telah didakwa melakukan pembunuhan. Dia akan muncul di pengadilan pada Sabtu (16/3) pagi. Dua tersangka bersenjata lainnya masih ditahan. Polisi mengatakan akan menyelidiki bagaimana mereka terlibat.

"Level ancaman Selandia Baru telah dinaikkan dari rendah ke tinggi. Tidak ada satu pun dari para tersangka yang masuk daftar pantauan terorisme," kata Ardern.

Tarrant dengan kejinya menyiarkan langsung aksi penembakan yang dia lakukan.

Seketika persenjataan dan personel polisi Selandia Baru menumpuk di Christchurch, kota terbesar di South Island, yang dikenal memiliki subkultur supremasi kulit putih yang aktif. Hotel-hotel di pusat kota menempatkan penjaga keamanan di pintu masuk mereka, dan polisi bersenjata melindungi sejumlah bangunan penting, termasuk pengadilan dan rumah sakit yang diduga akan menjadi target lebih lanjut.

PM Australia Scott Morrison menyebut pembantaian yang dilakukan Tarrant adalah serangan ekstremis sayap kanan. Dia mengatakan bahwa satu tersangka lahir di Australia, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Namun, berbagai laporan merujuk pernyataannya itu pada sosok Tarrant.

WNI jadi korban

Dari enam WNI yang diketahui berada di Masjid Al Noor pada saat kejadian penembakan, lima orang telah melaporkan ke KBRI Wellington dalam keadaan sehat dan selamat. Sementara satu orang atas nama Muhammad Abdul Hamid masih belum diketahui keberadaannya.

"Sementara dari Masjid Linwood, KBRI Wellington menerima bahwa terdapat dua WNI, yakni seorang ayah dan anaknya yang tertembak. Kondisi sang ayah yang bernama Zulfirmansyah masih kritis dan dirawat di ICU Christchurch Public Hospital. Sementara anaknya dalam keadaan yang lebih stabil," demikian keterangan tertulis KBRI Wellington yang diterima Alinea.id.

KBRI Wellington mengimbau agar seluruh WNI di Selandia Baru tetap dalam keadaan tenang dan waspada, serta mematuhi himbauan dari pihak keamanan.

"WNI di Christchurch serta sejumlah kota lain yang informasinya terdaftar di KBRI Wellington telah dihubungi untuk diketahui keadaannya," kata KBRI Wellington. "KBRI Wellington terus memonitor keadaan di lokasi kejadian, termasuk kondisi di airport Christchurch, dalam rangka pengiriman bantuan dan tim konsuler ke Christchurch. KBRI Wellington tetap membuka nomor hotline dengan nomor +64211950980, +6421366754, dan +64223812065." (Al Jazeera dan The Guardian)

Berita Lainnya
×
tekid