sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

WHO: Hampir 130 ribu orang menghadapi kelaparan di Tanduk Afrika

Dari jumlah tersebut, enam juta menghadapi tingkat darurat kerawanan pangan, dan 129.000 berada pada tingkat terburuk -- bencana.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Minggu, 12 Mar 2023 17:08 WIB
WHO: Hampir 130 ribu orang menghadapi kelaparan di Tanduk Afrika

Hampir 130.000 orang di Tanduk Afrika hidup dalam kondisi darurat akibat bencana kelaparan. Menurut WHO, sekitar 48 juta orang di Tanduk Besar -- Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia, Sudan Selatan, Sudan, dan Uganda -- menghadapi tingkat krisis kerawanan pangan.

Dari jumlah tersebut, enam juta menghadapi tingkat darurat kerawanan pangan, dan 129.000 berada pada tingkat terburuk -- bencana.

"Mereka menghadapi kelaparan dan menatap kematian," kata Liesbeth Aelbrecht, manajer insiden WHO untuk krisis kesehatan di Tanduk Besar Afrika.

Dari 129.000, 96.000 berada di Somalia dan 33.000 di Sudan Selatan, katanya kepada wartawan di Jenewa melalui tautan video dari Nairobi.

"Sebagian besar wilayah sedang berjuang melawan kekeringan terburuk dalam setidaknya 40 tahun, sementara bagian lain terkena banjir, menyebabkan kelaparan yang meluas," katanya.

"Kami melihat lonjakan wabah penyakit dan jumlah anak kurang gizi tertinggi dalam beberapa tahun," katanya.

Aelbrecht mengatakan frekuensi penyakit ini dapat dikaitkan langsung dengan peristiwa iklim ekstrem.

Kawasan ini merupakan salah satu wilayah yang paling rentan terhadap perubahan iklim, dengan krisis yang semakin sering dan intens.

Sponsored

Lima musim hujan yang gagal berturut-turut telah menyebabkan kematian jutaan ternak, kerusakan tanaman, dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka untuk mencari air dan makanan di tempat lain.

"Dengan perubahan iklim yang sekarang menjadi kenyataan, kita harus bersiap menghadapi keadaan darurat seperti itu yang terjadi dengan frekuensi yang semakin meningkat," kata Aelbrecht.

“Untuk saat ini, diperlukan sumber daya untuk mencegah penyakit dan kematian yang meluas,” katanya, dengan WHO meminta U$178 juta pada tahun 2023.

Berita Lainnya
×
tekid