sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Arab Saudi buka bioskop baru pertama sejak 40 tahun

Setelah dilarang selama 40 tahun, akhirnya Arab Saudi membuka bioskop perdana pada tahun ini dengan memutar film Black Panther.

Sukirno
Sukirno Kamis, 19 Apr 2018 03:38 WIB
Arab Saudi buka bioskop baru pertama sejak 40 tahun

Setelah dilarang selama 40 tahun, akhirnya Arab Saudi membuka bioskop perdana pada tahun ini dengan memutar film Black Panther.

Arab Saudi akhirnya membuka bioskop perdana pada Rabu (18/4) dan mengakhiri pelarangan lokasi menonton film hampir 40 tahun. Pembukaan larangan itu terjadi di bawah dorongan putra mahkota untuk membuka kerajaan Muslim sangat konservatif tersebut.

Akan tetapi, masyarakat Saudi Arabia harus menunggu beberapa pekan lagi sebelum dapat menonton film. Pembukaan perdana dilakukan secara tertutup di Riyadh, hanya orang yang memiliki undangan boleh menonton film.

Rencananya, bioskop akan dibuka untuk umum pada Mei 2018. Seperti dilansir Reuters, Rabu (18/4), bioskop perdana itu dikelola oleh AMC Entertainment Holdings.

Pejabat tinggi pemerintah, pejabat asing dan tokoh industri terpilih diperkirakan menonton film pahlawan super Marvel "Black Panther" pada peresmian bioskop tersebut.

Penayangan film itu berfungsi sebagai uji coba pada satu-satunya layar bioskop yang selama ini digunakan untuk konser musik orkestra. Gedung itu disulap dan buru-buru dipasang layar untuk pembukaan yang diumumkan hanya dua pekan sebelumnya.

Kendati aksesnya terbatas, pemutaran film Black Panther menandai tonggak sejarah reformasi yang dipelopori oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Tujuannya, untuk membuka gaya hidup terkucil Saudi dan meragamkan sumber ekonomi negara pengekspor minyak utama dunia.

Pangeran berusia 32 tahun itu telah mengurangi banyak pembatasan dalam dua tahun terakhir, termasuk pada konser publik, aturan mengemudi wanita, dan pencampuran gender.

Sponsored

Kerajaan itu melarang bioskop pada awal 1980-an di bawah tekanan kaum Islamis, ketika masyarakat Saudi beralih ke aliran agama yang sangat ketat.

Akan tetapi, orang-orang Saudi telah menjadi konsumen utama media dan budaya Barat. Meskipun ada larangan bioskop, film-film Hollywood dan serial televisi banyak ditonton di rumah, dan pemutaran film tertutup telah ditoleransi selama bertahun-tahun.

Pada 2017, pemerintah mengatakan akan mencabut larangan itu sebagai bagian dari reformasi ekonomi dan sosial yang ambisius, termasuk mempertahankan uang yang saat ini dihabiskan masyarakat Saudi untuk hiburan dalam perjalanan ke Dubai, Bahrain dan tempat lain.

Untuk melayani populasi lebih dari 32 juta penduduk, yang sebagian besar di bawah usia 30 tahun, pihak berwenang berencana untuk menyiapkan sekitar 350 bioskop dengan lebih dari 2.500 layar pada 2030. Jumlah itu diharapkan akan menarik hampir US$1 miliar dalam penjualan tiket tahunan.

Sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan, pada bulan lalu bioskop tidak akan dipisahkan berdasarkan gender seperti kebanyakan tempat umum lainnya, tetapi masih belum jelas seberapa besar film-film akan disensor.

Banyak warga Saudi bersukacita dalam mengantisipasi pembukaan bioskop pada Rabu, membagikan pujian dan foto-foto Putra Mahkota Muhammad di media sosial.

Pada sisi lain, masyarakat mengungkapkan kebingungan pada apa yang mereka sebut wajah pemerintah lantaran mengizinkan bioskop beroperasi.

"Ingatlah anda akan berdiri di hadapan Tuhan dan anda akan menanggung dosa semua orang yang menonton film," ujar warganet Arab Saudi. 

Kaum konservatif religius percaya bahwa film dari negara Arab yang lebih liberal, seperti, Mesir, bisa melanggar tabu agama. Beberapa dari mereka juga melihat film dan pemeranan, sebagai bentuk pura-pura, yang tidak sesuai dengan nilai Islam.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid