sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Deretan Film Noir ciamik untuk akhir pekan

Film-film bergenre noir ini akan memberi warna dalam deretan film yang lazim anda tonton.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Minggu, 22 Jul 2018 11:45 WIB
Deretan Film Noir ciamik untuk akhir pekan

Bagi penggemar film, tentu tak asing dengan istilah noir. Richard Brody di situs The New Yorker, menyebut genre film noir adalah genre film yang ganjil. Jika genre film musikal akan melibatkan banyak tarian dan lagu, sementara genre perang akan menampilkan peperangan, tidak demikian dengan genre noir.

Istilah noir pertama kali digunakan oleh kritikus Nino Frank pada 1946. Nino Frank menyebut genre noir sebagai film dengan narasi psikologi, ketika balutan aksi menjadi kurang penting dan menarik daripada mimik wajah, gestur badan, dan kata-kata.

M.E. Holmes, dalam website yang didedikasikan untuk Nino Frank, menyebut genre film ini akan berusaha menyajikan karakter tiga dimensi, melawan narasi film-film Hollywood yang biasanya menyederhanakan narasi sebatas kebaikan melawan kejahatan.

Banyak film noir yang mengeksplor tema drama kriminal. Visual dari film noir biasanya dicirikan dengan metode visual chiaroscuro, atau kontras yang kuat antara area gelap dan terang. Pencahayaan chiaroscuro digunakan untuk menghadirkan efek dramatis, seperti yang terlihat dalam karya Orson Welles, Citizen Kane. Citizen Kane merupakan contoh terbaik bagaimana Welles dengan apiknya menggunakan chiaroscuro untuk membangun atmosfir dalam filmnya.

Sementara plot dalam film-film noir biasanya berputar pada masalah kriminal, pembunuhan, serta investigasi yang dilakukan oleh detektif, entah level professional, panggilan, ataupun amatir. Sebuah film noir seringkali dideskripsikan sebagai film yang berbau pesimis. Kebanyakan cerita-cerita noir mengisahkan orang yang terjebak dalam situasi yang tak diinginkannya, berjuang melawan sesuatu yang ambigu, serta nasib yang tak menentu.

Berikut ini adalah daftar film noir yang bisa kamu simak akhir pekan ini.

Vertigo (Alfred Hitchcock, 1958)

Sebelum ditasbihkan sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa, thriller psikologis ini tidak diapresiasi dengan baik di awal kemunculannya oleh publik Amerika. Sutradaranya, Hitchcock, sempat frustasi dan menyalahkan keputusannya memasang James Stewart sebagai mantan detektif John “Scottie” Ferguson yang dianggapnya terlalu tua untuk lawan mainnya, Kim Novak, yang saat itu berusia 24 tahun.

Sponsored

Vertigo dibuka dengan aksi kejar-kejaran Detektif Scottie dengan seorang pelaku kriminal di atas atap hunian kota San Fransisco. Saat gagal melompat dan bergelantungan di atap, Scottie mulai merasakan fobia ketinggian dan vertigonya tiba-tiba muncul. Setelah kejadian itu, ia memutuskan pensiun dini dari kepolisian.

Teman lama Scottie, Gavin Elster, mempekerjakannya sebagai detektif swasta untuk mengikuti istrinya Madeleine (Kim Novak) yang bertingkah aneh. Sejak menerima pekerjaan tersebut, Scottie mulai terjebak oleh pikirannya sendiri dan mengalami gangguan psikologis.

Nightcrawler (Dan Gilroy, 2014)

Nightcrawler adalah sindiran pada pekerjaan jurnalis dan sisi gelap media yang menjual berita-berita bombastis sonder etika dalam proses pencarian berita. Penampilan Jake Gyllenhaal sebagai videografer lepas, yang menjual beritanya ke stasiun televisi, menjadi suguhan utama film ini.

Lou Bloom (Jake Gyllenhaal) adalah seorang kriminal kelas teri yang terinspirasi oleh kameramen lepas (Bill Paxton), saat merekam kecelakaan mobil dan menjual videonya pada penawar tertinggi. Lou dengan ambisi, sifat perfeksionis, dan perilaku manipulatifnya, berhasil dan sukses di dunia videografi kriminal.

Film sepanjang 117 menit ini akan mengajak kita melihat pengembangan dari karakter Lou yang perlahan menjadi tokoh antagonis itu sendiri. Lou menjadi karakter yang tak bisa ditebak dan menakutkan. Seperti karakter Daniel Plainview yang ikonik di There Will Be Blood (2007), menuju akhir film Lou seolah kehilangan sisi kemanusiaannya seperti Daniel.

Blue Velvet (David Lynch, 1986)

Rasanya, hampir seluruh film yang dibuat oleh David Lynch memiliki kadar noirnya masing-masing. Lynch gemar membuat kisah-kisah kriminal dan membuat nasib tokoh utamanya tak menentu terombang-ambing keadaan. Dari riwayat filmnya, Blue Velvet adalah film Lynch yang paling ringan dan mudah dipahami dibanding karyanya yang lain.

Berlatar di kota kecil Lumberton, Jeffery Beaumont (Kyle MacLachlan) berjalan melintasi sebuah tanah kosong dan menemukan potongan telinga manusia. Temuannya ini membuatnya penasaran dan dengan kenekatannya, ia melakukan penyelidikan layaknya detektif amatir, hingga akhirnya penyelidikannya membawa ia bertemu Frank Booth (Dennis Hopper).

Frank Booth menjadi antagonis yang tak ingin kamu temui dalam kehidupan nyata. Ia adalah sosok amoral dan psikopat yang gemar menghirup nitrous oxide. Lynch menampilkan dunia malam yang begitu kasar dan vulgar dari kota kecil Lumberton, yang tampak muskil dipercayai.

Ryan Gosling di film Drive (2011)

Drive (Nicolas Winding Refn, 2011)

Drive mengisahkan seorang supir tanpa nama (Ryan Gosling), yang tinggal di sebuah apartemen di Los Angeles. Ia sangat hemat bicara, jarang menunjukkan emosi, dan terlihat seperti tak memiliki kesenangan dalam kehidupan. Hidupnya hanya dihabiskan di bengkel, lokasi syuting tempat ia menjadi stunt-man, dan jalanan.

Aksi si supir dan tokoh-tokoh lain menjadi hidangan sekunder bagi penonton film ini. Yang menarik adalah bagaimana karakter Ryan Gosling menjadi anti-hero itu sendiri dalam dunia yang penuh dengan antagonis.

Karakter supir perlahan berubah sepanjang film setelah ia bertemu tetangga samping pintu apartemennya, Irene (Carrey Mulligan). Si supir yang sepanjang film sangat diam dan dingin sadar jika ia bisa menjaga orang lain dan keselamatan Irene serta anaknya, yang tak bersalah, haruslah menjadi fokus utamanya.

Memento (Christopher Nolan, 2000)

Nolan menggunakan gaya bercerita non-linear dalam Memento. Jika dalam film-film lain penonton akan dibuat bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, maka hal yang sebaliknya terjadi di Memento. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: apa yang terjadi sebelumnya.

Tokoh utama film ini, Leonard Shelby (Guy Pearce) kehilangan memori jangka pendeknya karena sebuah cedera. Untuk mengingat-ingat apa yang sedang terjadi, ia membuat catatan-catatan kecil, tato, dan membawa kamera polaroid ke manapun ia pergi. Berbekal ketiga hal tersebut, ia merangkai kepingan-kepingan fakta tersebut untuk mencari pembunuh istrinya.

Yang terjadi kemudian adalah penonton tidak pernah tahu siapa yang membunuh istri Leonard. Penonoton akan sama bingungnya dengan Leonard. Alih-alih merangkai fakta, Leonard hanyalah merangkai persepsinya untuk kemudian ia percayai. Nolan benar-benar menantang kemampuan analisis penontonnya dalam Memento.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid