sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Happy hypoxia, gejala Covid-19 yang "menipu" tubuh

Orang terkadang tak mengetahui terserang happy hypoxia karena tidak merasakan gejala apa pun.

Ghalda Anisah
Ghalda Anisah Rabu, 16 Sep 2020 14:52 WIB
<i>Happy hypoxia</i>, gejala Covid-19 yang

Orang yang terkonfirmasi positif coronavirus baru (Covid-19) mengalami berbagai gejala klinis, seperti demam, batuk, dan pilek. Pada kasus yang parah, bisa menyebabkan sesak napas dan penurunan kesadaran akibat kekurangan oksigen.

Meski sebagian besar pasien Covid-19 mulanya tanpa gejala, berdasarkan studi mencapai 80%, tetapi infeksi SARS-CoV-2 berpotensi menyebabkan kadar oksigen berkurang secara perlahan. Fenomena ini disebut happy hypoxia.

Dalam jurnal "Covid-19 with Silent Hypoxemia", tidak diketahui pasti sejak kapan happy hypoxia muncul pertama kali. Gejala tersebut baru mengemuka sejak April-Mei 2020.

Dokter spesialis paru, Erlina Burhan, menyatakan, happy hypoxia adalah berkurangnya oksigen di dalam darah. Seseorang yang terkena hypoxia akan mengalami sesak nafas.

"Orang normal biasanya memiliki oksigen di dalam darahnya (saturasi) itu berkisar antara 95% sampai 100%," ucapnya dalam gelar wicara secara daring dari Graha BNPB, Jakarta, Rabu (16/9).

Pasien yang mengalami happy hypoxia tidak merasakan gejala apa pun meski sebenarnya kondisi tubuh mulai terganggu karena berkurangnya oksigen dalam darah. Namun, diketahui terjadi gangguan fungsi tubuh saat dilakukan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan.

Dengan begitu, perburukan terjadi cepat karena darah sukar disuplai imbas menurunnya saturasi oksigen. Sehingga, perlu penanganan cepat agar terhindar dari gangguan fungsi berbagai organ.

"Diagnosisnya dengan cara melakukan analisis pemeriksaan darah. Ini kalau di rumah sakit. Hal ini untuk melihat kadar oksigen di dalam darah," jelasnya.

Sponsored

"Tapi kalau di rumah, yang paling simpel kita menggunakan full of symmetry. Itu yang dimasukan ke jari dan kemudian akan muncul hasilnya," sambung Erlina.

Dirinya menyarankan tidak terlambat melakukan pencegahan. Tak dilakukan menunggu sesak nafas mengingat hypoxia tidak memunculkan gejala.

Berita Lainnya
×
tekid