sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ketagihan film porno memicu disfungsi ereksi

Mirip kecanduan, pornografi pun tak memberikan pengaruh yang baik untuk kesehatan.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Jumat, 25 Jan 2019 20:03 WIB
Ketagihan film porno memicu disfungsi ereksi

Indonesia nomor dua tertinggi

Baik Hidayat maupun Tia merupakan generasi milenial yang menonton film porno karena penasaran. Berdasarkan hasil survei “Coming of Age: Millenials”, yang diadakan sebuah situs berkonten porno pada 2015, generasi milenial Indonesia merupakan salah satu penikmat konten pornografi terbanyak di urutan kedua di dunia, setelah India.

Situs tersebut mencatat, sebanyak 74% pengunjung yang datang dari Indonesia adalah generasi milenial. Sementara sisanya, 26% adalah orang Indonesia dari generasi yang lebih tua.

Selain motif penasaran, Robert Weiss dalam artikelnya “Why the Reasons Someone Looks at Porn Matter” di laman Psychology Today, 18 Juli 2016, menyebutkan beberapa alasan lain seseorang menonton pornografi.

“Sebuah riset menemukan beberapa alasan yang paling dominan ketika orang-orang menonton porno,” tulis Weiss.

Indonesia masuk dalam urutan kedua pengakses konten pornografi, setelah India. (Pexels.com)

Weiss menyebutkan, 94,4% orang mencari kepuasan seksual ketika menonton porno, 87,2% mencari rangsangan, dan 86,5% menonton porno agar orgasme.

Meski begitu, tulis Weiss, alasan-alasan lain yang melibatkan emosi negatif juga menyertai orang menonton film porno. Sebanyak 73,8% orang menonton film porno untuk menghilangkan stres, 70,8% menghilangkan bosan, dan 53% ingin melupakan masalahnya sehari-hari.

Sponsored

Bagaimana dampaknya?

Mirip kecanduan, pornografi pun tak memberikan pengaruh yang baik untuk kesehatan. Di laman Psychology Today, 20 Januari 2014, Weiss juga menulis artikel “Is Male Porn Ruining Sex?”

Menurut penulis beberapa buku tentang seks dan gangguan keintiman ini, dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh pornografi adalah disfungsi ereksi dan ejakulasi yang tertunda, atau tak bisa orgasme.

Generasi milenial Indonesia masuk dalam generasi yang paling banyak mengakses konten pornografi.

“Masalahnya, ketika seorang pria menghabiskan 70%, 80%, atau bahkan 90% kehidupan seksualnya bermasturbasi dengan melihat pornografi di internet, dia lama-kelamaan akan melihat pasangannya di dunia nyata kurang menggairahkan daripada gambaran visual pornografi yang ada di pikirannya,” tulis Weiss.

Weiss juga menyebutkan, pornografi bisa berpengaruh terhadap kebahagiaan pasangan. Sebuah riset, lanjut Weiss, menemukan jika perempuan yang suami atau pacarnya sering menonton film porno, merasa kurang bahagia dengan hubungan mereka daripada perempuan dengan pasangan yang jarang menonton film porno.

Dari penelitian Gert Holstege dan kawan-kawan berjudul “High-intensity Erotic Visual Stimuli De-activate the Primary Visual Cortex in Women” di The Journal of Sexual Medicine (2012) menyebutkan, menonton film erotis dengan intensitas tinggi bisa mematikan korteks visual di dalam otak.

Korteks visual adalah bagian dari korteks cerebral yang menerima dan memproses impuls saraf sensorik dari mata.

“Matinya korteks visual saat menonton film erotis dengan intensitas tinggi tersebut, menjelaskan meningkatnya suplai darah ke bagian otak yang terlibat dalam memunculkan gairah seksual,” tulis Holstege dan kawan-kawan.

Berita Lainnya
×
tekid