Joker diprediksi pelopori ‘seri gelap’ film DC
Joker 2019 tidak sekedar menjual isu sosial. Namun memberikan formula dan gaya bercerita baru.
Sepanjang sejarah produksi film yang memuat karakter antagonis Joker, tahun ini tokoh dengan riasan wajah seperti badut itu, hadir dengan cerita sama sekali berbeda.
Meski berasal dari serial komik DC, film Joker (2019) diperankan oleh Joaquin Phoenix, tidak terkait karakterisasi di dalam komik.
Dikutip dari Empire, sutradara Todd Phillips mengatakan, dia dan Scott Silver menulis skenario film Joker versi mereka sendiri.
“Kami hanya menulis versi kami sendiri, terkait dari mana Joker berasal. Itu adalah hal yang menarik untukku. Kami bahkan tidak mengerjakan Joker, namun ceritanya tentang kemunculan Joker. Ceritanya tentang laki-laki ini (Arthur Fleck),” ucapnya seperti dilaporkan Empireonline.com.
Pilihan Phillips tersebut membuat susunan cerita Joker menjadi spesial. Tercatat ada beberapa film lain dengan muatan tokoh Joker, yaitu serial TV Batman (1960), film layar lebar Batman (1989), Batman: The Dark Knight (2008), dan Suicide Squad (2016).
Namun, dibandingkan film-film itu, Joker memiliki daya tarik kuat dalam hal perkembangan masalah yang dialami tokoh Arthur Fleck.
Menurut penulis dan editor komik Muhammad Danil Fahmi, keputusan Phillips itu tepat dan berhasil menggaet jutaan penonton. Danil membandingkan pula kisah Joker yang unik, daripada tokoh dalam semesta superhero DC atau Marvel.
“Joker (2019) tak sekadar menjual isu sosial seperti Wonder Woman atau Black Panther. Joker memberikan formula dan gaya bercerita baru,” kata Danil, ketika dihubungi Rabu (9/10).
Menurut Danil, film Joker lantas memberi gebrakan baru dalam wacana film komik dan superhero. Hal ini penting, sebagai inovasi gagasan dan penceritaan film yang semakin kaya dan tidak membosankan.
Keterpisahan Phillips dari DC Extended Universe—semesta film dari Warner Bros Pictures— dinilai Danil, justru memungkinkan karya film Joker yang mandiri dan bebas dari beban alur dengan film serupa.
Pilihan itu, seakan menyanggah pula kritikan pedas yang menilai, mutu cerita film-film bergenre sekelas superhero akan stagnan.
Danil menguraikan, sutradara kawakan Martin Scorsese pernah menuding bahwa karya film-film superhero Marvel bukanlah “film”. Alasannya karena tidak mendorong penonton berkontemplasi.
Bahkan Steven Spielberg juga mengatakan, film-film superhero bakal menemui nasib yang sama seperti film koboi.
“Penonton bosan dan ide film seperti itu akan ditinggalkan,” ujar Danil yang juga pengajar Jurusan Bahasa Sastra Indonesia di Universitas Tidar.