sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Penyebab dan cara mencegah perundungan siber

Remaja menjadi salah satu individu yang rentan perundungan siber lantaran cenderung lebih aktif.

Immanuel Christian
Immanuel Christian Sabtu, 06 Agst 2022 22:27 WIB
Penyebab dan cara mencegah perundungan siber

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menilai, isu perundungan kian meningkat seiring berkembangnya media sosial. Remaja menjadi salah satu individu yang rentan perundungan siber lantaran cenderung lebih aktif.

Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi pun menyerukan pentingnya melakukan edukasi akan pencegahan perundungan siber sejak dini.

Instruktur DTS Kominfo, M. Adhi Prasnowo, menyatakan, salah satu penyebab perundungan siber lantaran ingin populer. Sayangnya, perundungan siber sulit dihentikan mengingat adanya penetrasi budaya asing, kemudahan dalam mengakses informasi, dan lunturnya nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. 

Dirinya lantas memberikan sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perundungan siber. Di antaranya, mempertimbangkan setiap konten yang ingin diunggah, tak mengunggah informasi pribadi, dan selektif dalam mengomentari suatu isu di media sosial.

"Dunia digital adalah dunia kita sekarang. Mari mengisinya dan menjadikannya sebagai ruang yang berbudaya, tempat kita belajar dan berinteraksi, tempat anak-anak kita bertumbuhkembang, sekaligus tempat di mana kita sebagai bangsa hadir dengan bermartabat," tuturnya dalam keterangan, Sabtu (6/8).

Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma, Edy Prihantoro, menambahkan, masyarakat perlu bijak dalam bermedia sosial. Setiap pengguna harus menyadari dirinya sebagai bagian dari negara majemuk, multikulturalis, sekaligus demokratis.

Soal upaya pencegahan,Edy menyarankan pengguna menggembok akun media sosialnya. Dengan demikian, hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melihat profil, mengirim pesan, dan mengomentari unggahan kita.

"Seringkali perilaku bullying dianggap sebagai candaan atau tidak serius. Sering ada ungkapan seperti, 'cuma becanda, kok' atau 'jangan dianggap serius, dong!' Kalau itu terus berlanjut bahkan setelah kamu meminta orang itu untuk berhenti dan kamu masih saja merasa kesal tentang hal itu, maka ini bisa jadi adalah bullying," paparnya.

Sponsored

Sementara itu, Dosen Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, Rahmawati Latief, berpendapat, kesadaran merupakan aspek etika yang sangat penting dalam menggunakan media digital agar tak kebablasan saat berselancar di internet. Oleh karena itu, kita harus tahu skala prioritas. 

Menurutnya, ada 3 langkah untuk mencegah perundungan siber. Pertama, segera memberitahu keluarga, teman, guru, atau atasan korban.

"Kedua, berbicara dengan orang yang mampu menghentikan perundungan siber. Ketiga, jangan turut berpartisipasi dalam kegiatan yang merendahkan dan menyakiti orang lain," tambahnya.

Berita Lainnya
×
tekid