sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Wanita yang tertekan cenderung mengalami obesitas

Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa tekanan bertubi-tubi di dalam kehidupan wanita dapat membuatnya rentan mengalami obesitas.

Alia Kirana
Alia Kirana Senin, 04 Des 2017 19:05 WIB
Wanita yang tertekan cenderung mengalami obesitas

Periset menemukan bahwa wanita usia menengah dan lebih tua, yang mengalami lebih banyak tekanan di dalam hidup, lebih cenderung mengalami obesitas dibandingkan wanita yang tidak mengalami stres. Demikian hasil penelitian yang dipresentasikan di pertemuan ilmiah oleh American Heart Association, di California, Amerika Serikat, awal November 2017, seperti dilansir livescience.com.

Temuan ini menunjukkan bahwa tekanan psikologis pada wanita tampaknya terkait dengan peningkatan kemungkinan obesitas, kata penulis studi Dr. Michelle Albert, direktur di Center for the Study of Adversity and Cardiovascular Disease, University of California, San Francisco, Amerika Serikat.

Tekanan psikologis bisa datang dari peristiwa traumatis, seperti kematian anak, kecelakaan atau penyakit yang mengancam jiwa, atau serangan fisik yang serius. Michelle mengatakan, stres juga bisa terjadi karena pengalaman negatif yang terjadi dalam lima tahun terakhir, seperti menganggur lebih dari tiga bulan, dirampok, atau dibobol.

“Stres dan obesitas dianggap sebagai faktor risiko penyakit jantung, namun sedikit yang diketahui tentang hubungan antara kejadian hidup yang penuh tekanan dan obesitas pada wanita,” kata Albert.

Jadi, untuk menyelidiki bagaimana kejadian stres dapat memengaruhi perubahan berat badan pada wanita, para peneliti melihat data yang dikumpulkan dari sekitar 22.000 wanita. Usia seluruh partisipan rata-rata 72 tahun.

Wanita-wanita tersebut mengambil bagian dalam Women's Health Study, sebuah studi yang telah lama berjalan di Amerika Serikat yang memeriksa risiko kesehatan pada wanita pascamenopause. Semua partisipan diminta untuk menjawab pertanyaan tentang apakah mereka pernah mengalami peristiwa traumatis di dalam hidup mereka, bersamaan dengan pertanyaan tentang kejadian negatif dalam lima tahun terakhir. 

Stres dan penambahan berat badan

Hasilnya, sekitar 23% wanita dalam penelitian ini dianggap obesitas. Para periset menemukan bahwa wanita yang mengalami satu atau lebih peristiwa traumatis di dalam hidup memiliki kesempatan lebih besar untuk menjadi obesitas. 

Sponsored

Namun, bukan hanya pengalaman traumatis yang terkait dengan obesitas. Studi juga menemukan bahwa semakin banyak kejadian negatif yang dialami seorang wanita, maka semakin tinggi kemungkinan dia mengalami obesitas. Wanita yang mengalami empat atau lebih kejadian negatif dalam beberapa tahun terakhir, sekitar 36% lebih mungkin mengalami obesitas. 

Wanita dengan satu kejadian negatif,  sekitar 17% lebih mungkin mengalami obesitas. Studi ini tidak menyelidiki mengapa pengalaman stres dalam kehidupan seorang wanita dapat meningkatkan kemungkinan obesitas. Salah satu penjelasan yang mungkin yaitu stres dapat meningkatkan nafsu makan dengan meningkatkan produksi hormon ghrelin. Kata Michelle, hormon tersebut sering disebut sebagai ‘hormon kelaparan’.

Menurut Michelle, stres juga dapat menyebabkan perubahan gaya hidup, seperti berkurangnya aktivitas fisik, peningkatan konsumsi alkohol, atau perubahan dalam kebiasaan makan seperti ngemil lebih sering atau mengonsumsi makanan berkualitas rendah. Michelle juga mencatat bahwa emosi mungkin berperan. Artinya, merasa stres dapat menimbulkan perasaan kesepian, atau membuat seseorang lebih rentan terhadap masalah tidur, kecemasan, dan depresi.

Memang, salah satu keterbatasan penelitian ini adalah peneliti hanya melihat hubungan antara stres dan obesitas dalam rentang waktu lima tahun. Jadi, tidak jelas pada titik mana selama kehidupan perempuan terjadi obesitas. Michelle mengatakan bahwa studi di masa depan dapat memeriksa apakah kejadian kehidupan negatif memengaruhi penambahan berat badan dari waktu ke waktu. “Lantas, apakah perubahan berat badan ini terkait dengan masalah kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke,” kata Michelle.

Berita Lainnya
×
tekid