close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Seekor harimau tutul yang dikeluarkan dari kandang kecilnya, dalam arena rampokan di sebuah tempat di Jawa. Foto diambil antara 1870-1892. /Tropenmuseum/commons.wikimedia.org.
icon caption
Seekor harimau tutul yang dikeluarkan dari kandang kecilnya, dalam arena rampokan di sebuah tempat di Jawa. Foto diambil antara 1870-1892. /Tropenmuseum/commons.wikimedia.org.
Infografis
Selasa, 16 Oktober 2018 18:11

Tradisi adu harimau melawan kerbau

Diperkirakan tradisi rampokan, adu harimau dengan kerbau dan penombakan harimau, berakhir pada 1905 atau 1906.
swipe

Rampokan—sebagian sumber lain menulis rampogan—merupakan tradisi adu harimau melawan kerbau dan penombakan harimau.

Menurut asisten peneliti di Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada Abmi Handayani, bukti awal rampokan terdapat dalam surat dua orang Belanda yang ditahan pada 1620. Mereka menulis surat kepada Gubernur Jenderal VOC di Batavia, menginformasikan Raja Mataram Sultan Agung telah mengirimkan orang-orangnya untuk menangkap 200 harimau. Sultan lalu menempatkan harimau di sekitar pria bersenjatakan tombak.

Sementara menurut staf pengajar di Jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran Budi Gustaman, laporan soal rampokan berasal dari seorang Inggris bernama Edmund Scott pada 1605.

Akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, menurut Abmi, rampokan menyebar ke daerah lainnya, seperti Blitar, Kediri, Temanggung, Malang, Mojokerto, dan Surabaya.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan