sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id
M. Gunawan Yasni

Potensi membuka pasar asuransi syariah

M. Gunawan Yasni Kamis, 12 Jul 2018 10:46 WIB

Dalam tema besar "The 12th International Takaful Summit 2018" - Strategies for Unlocking the Potential of Takaful - disebutkan, Inggris ingin London tetap menjadi Takaful Center dengan potensi 25 juta orang kelas menengah di Eropa, bahkan setelah keputusan Brexit yang mengeksklusifkan Inggris dari Uni Eropa.

Tantangan industri keuangan syariah Inggris dan sebagian besar negara lainnya yang datang pada Takaful Summit 2018 di London ini, rata-rata masih mempunyai PR memperbesar jumlah pemegang akun keuangan syariahnya di masyarakat kelas menengah.

Di seluruh Eropa ditargetkan ada sebesar 25 juta kelas menengah yang Inggris harapkan dapat menjadi stakeholders London sebagai Takaful Center. Selama ini Inggris baru mendapatkan 'tidak banyak' jumlah pemegang akun keuangan syariah dengan value fantastis. Tetapi mereka cenderung tidak loyal terhadap produk dan lembaga keuangan syariah. Sebagian dari pemegang akun keuangan syariah dengan value yang fantastis itu berasal dari Timur Tengah.

Lantas seperti apa perkembangan asuransi syariah di Indonesia?

Sebenarnya jika melihat negara lain seperti Inggris, pekerjaan rumah (PR) utama keuangan syariah di Indonesia adalah memperbesar value dari pemegang akun keuangan syariah yang jumlahnya sekitar 40 juta itu. Kemudian, memperbesar basis value rupiah produk dasar akun, misalkan produk tabungan/deposito perbankan syariah. Setelahnya, menawarkan berbagai macam produk keuangan syariah lainnya, misalkan produk micro takaful yang bisa dipadupadankan sebagai produk hybrid agar menambah kemanfaatan untuk pemegang akun keuangan syariah.

Industri asuransi syariah dunia berada pada kisaran besaran absolut US$ 1,7 triliun- US$ 2,1 triliun pada akhir 2017 dan diprediksi satu tahun setelahnya menjadi US$ 2,4 triliun. Industri asuransi syariah adalah bagian dari industri keuangan syariah yang pasarnya lebih kecil dari pasar modal syariah dan perbankan syariah.

Tren pertumbuhan dari industri keuangan syariah di Indonesia mengalami perlambatan karena besaran non performing financing (NPF) di industri keuangan syariah, khususnya perbankan syariah lebih tinggi dibanding non performing loan (NPL) di konvensional.

Indonesia selayaknya menjadi pusat keuangan syariah mandiri bagi masyarakatnya sendiri. Buktinya, banyak negara lain menjadi hub syariah justru karena masyarakat keuangan syariah mandirinya berjumlah masih sedikit. Sehingga, perlu menjadi hub syariah yang lebih berfungsi sebagai perantara atau penghubung saja dengan negara-negara lain.

Sponsored

Jika Number of Accounts (NoA) industri perbankan syariah di Indonesia dikombinasikan dengan NoA di industri keuangan non bank syariah, total NoA tidak kurang dari 40 juta.

Apalagi 40 juta NoA ini bukan lagi sekedar potensi bagi Indonesia. Tetapi, sudah merupakan jumlah nasabah/pemegang akun keuangan syariah di lembaga keuangan syariah yang tentu saja termasuk asuransi syariah.

Itulah sebabnya asuransi syariah perlu bersinergi dengan lembaga keuangan syariah lain agar angka 40 juta ini dipasok dengan produk asuransi syariah unggulan. Sekaligus bisa dikemas terkombinasi dengan produk keuangan syariah lainnya dari lembaga keuangan syariah lainnya.

Micro financing yang dianggap dunia tercirikan secara khusus di Indonesia sangat mungkin menjadikan Indonesia hebat dalam micro financing syariah. Walaupun memang memerlukan micro takaful sebagai pendukung aktivitas dan produk micro financing syariah.

Misalkan saja pembangunan masif untuk infrastruktur di Indonesia. Tentunya membuka kesempatan bagi perbankan syariah untuk ikut melakukan aktivitas pembiayaan infrastruktur. Terutama yang memerlukan asuransi syariah untuk melakukan perlindungan takaful atas alat-alat berat dan pendukung pekerjaan pembangunan infrastruktur tersebut.

Saling sinergi dan saling memberi yang terbaik untuk pemegang akun keuangan syariah justru akan membantu peningkatan pangsa pasar keuangan syariah secara keseluruhan di seluruh lembaga keuangan syariah.

Indonesia sering dilihat dunia sebagai negara yang berpotensi menjadi pusat keuangan syariah dunia. Terlebih dengan model koordinasi Komite Nasional Keuangan Syariah  (KNKS) yang melibatkan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dengan jajaran menteri-menterinya serta pimpinan-pimpinan otoritas-otoritas keuangannya. Ditambah pimpinan-pimpinan lembaga fatwa di bidang ekonomi dan keuangan dan seterusnya yang sangat diharapkan memberikan kontribusi loncatan kuantum terhadap pengembangan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia.

Tetapi alih-alih dengan KNKS Indonesia bisa menjadi pusat keuangan syariah dan bukan hanya sekedar hub syariah seperti negara-negara lain di dunia, dalam "The 12th International Takaful Summit 2018" yang juga diselenggarakan "The Islamic Takaful Award" ini tidak satupun penghargaan diberikan kepada asuransi syariah di Indonesia.

Tidak heran jika tidak sedikit orang yang mengatakan asuransi syariah Indonesia...adalah industri keuangan syariah dunia dalam skala yang masih kecil saja.

Berita Lainnya
×
tekid