close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Bendera Turki berkibar di misi diplomatik mereka di Vienna, Austria. REUTERS/Leonhard Foeger
icon caption
Bendera Turki berkibar di misi diplomatik mereka di Vienna, Austria. REUTERS/Leonhard Foeger
Media
Rabu, 12 September 2018 14:49

Turki tangkap seorang wartawan Austria

Max Zirngast, ditangkap di apartemennya di Ankara, Turki, pada Selasa (11/9) pagi.
swipe

Otoritas Turki menangkap seorang wartawan aktivis Austria karena dicurigai melakukan pelanggaran terkait terorisme. 

Re:volt, yang menggambarkan diri sebagai majalah digital "radikal sayap kiri" menerangkan bahwa wartawannya, Max Zirngast, ditangkap di apartemennya di Ankara pada Selasa (11/9) pagi.

"Kami mengutuk keras penangkapannya dan menyerukan pembebasannya segera," ungkap Re:volt. "Penulis kami, yang telah tinggal di Turki selama bertahun-tahun adalah aktivis dan penulis kiri yang berkampanye untuk kebebasan dan demokrasi."

Re:volt juga menjelaskan bahwa Zirngast dituding menjadi anggota dari organisasi teroris.

Kementerian Luar Negeri Austria telah menyatakan bahwa seorang warganya telah ditahan di Ankara pada hari Selasa, namun mereka menolak memberikan rincian lebih lanjut. Adapun pejabat Turki belum merespons kabar ini.

Hubungan Turki dan banyak negara di Uni Eropa telah rusak akibat gelombang penangkapan yang dilakukan sebagai bagian dari tindakan keras Presiden Recep Tayyip Erdogan menyusul kudeta gagal pada Juli 2016.

Wartawan asing termasuk dalam daftar sejumlah orang yang ditangkap, termasuk reporter Jerman-Turki Deniz Yucel. Dia ditahan selama satu tahun atas tuduhan pelanggaran terkait keamanan dan dibebaskan pada Februari lalu.

Austria sangat kritis terhadap tindakan keras Turki. Kanselir Austria yang berasal dari kalangan konservatif Sebastian Kurz, telah menyerukan agar pembicaraan keanggotaan Turki di Uni Eropa dihentikan.

Dalam artikelnya, baik yang ditulis oleh Zirngast dan penulis lain, Re:volt menyebut bahwa pemilu Turki yang diselenggarakan pada Juni lalu tidak sah.

Pengawas hak asasi Eropa sendiri telah mengatakan bahwa oposisi telah menghadapi kondisi yang tidak setara saat pesta demokrasi berlangsung, menambahkan bahwa pembatasan pada kebebasan media untuk meliput pemilu ditekankan oleh keadaan darurat.

 

 

Sumber: Reuters

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan