sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Eijkman khawatir PCR tidak bisa deteksi varian Covid-19 Inggris

Berdasarkan catatan pemerintah, sudah ada 6 kasus mutasi baru Covid-19 Inggris atau B.1.1.7 di Indonesia hingga kini.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Jumat, 12 Mar 2021 15:23 WIB
Eijkman khawatir PCR tidak bisa deteksi varian Covid-19 Inggris

Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio, khawatir mutasi baru Covid-19 Inggris atau varian B.1.1.7 akan mangganggu diagnosis molekuler seperti polymerase chain reaction (PCR).

"Itu yang kita khawatirkan. Dengan PCR tidak terdeteksi (varian B.1.1.7), negatif, tetapi itu masih belum dianggap perlu untuk mengubah PCR-nya. Ya, dikhawatirkan ada penurunan, tetapi penurunannya belum signifikan,” ucapnya dalam webinar, Jumat (12/3).

Pemerintah mendeteksi kasus Covid-19 Inggris pada awal Maret 2021. Dua warga negara Indonesia (WNI) yang terinfeksi itu diketahui ketika kembali ke tanah air dari Arab Saudi.

Beberapa hari kemudian, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan 4 kasus baru Covid-19 Inggris. Masing-masing satu pasien tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.

Amin menjelaskan, perubahan pada satu materi, seperti asam nukleat sebagai bagian terkecil dalam komponen genom–sudah dapat disebut mutasi. Ketika mutasi mengubah sifat/karakter virus secara keseluruhan, maka dapat disebut varian baru.

Mutasi virus terjadi secara acak. Hanya 4% kemungkinan virus bermutasi menjadi lebih berbahaya. Mayoritas hasil mutasi virus justru menyebabkan kematiannya sendiri atau bertambah lemah atau tidak terjadi apa-apa.

"Jadi, (mutasi) yang menyebabkan peningkatan keganasan dan sebagainya itu hanya 4 % dari mutasi-mutasi. Virus B.1.1.7 ini mengalami beberapa mutasi sehingga dia memiliki suatu karakteristik yang signifikan," tuturnya.

Karakter Covid-19 Inggris, sambung dia, cenderung pada kecepatan dalam menginfeksi. Mencapai 40-70 lebih cepat dibandingkan SARS-CoV-2 yang lama. Imbasnya, Varian B.1.1.7 dikhwatirakan dapat menular lebih cepat dan meningkatkan angka reproduksi (R).

Sponsored

"Biasanya (angka reproduksi) sekitar 2, 3, atau 4 (di Indonesia). Yang kita harapkan angka reproduksi di bawah 1 supaya tidak ada penularan. Kalau virusnya lebih cepat menular, mungkin bisa menjadi lebih dari 3 angka reproduksinya. Tentu ada sifat-sifat lain karena ada perubahan dalam gennya," papar Amin.

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban, sebelumnya mengungkapkan, Covid-19 Inggris memiliki kemampuan penularan 71% lebih cepat. Namun, daya membunuhnya seperti dengan varian sebelumnya.

Meski demikian, varian B.1.1.7 dinilai lebih berbahaya karena kecepatan penularan tersebut. "Yang terpapar jumlahnya jauh lebih besar daripada sebelumnya. Signifikan menjadi beban dari rumah sakit-rumah sakit rujukan Covid-19. Pengobatan akhirnya macet," ucapnya dalam webinar, Selasa (20/12).

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid