sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kabinet Indonesia Maju diyakini bawa bangsa keluar dari zona nyaman

Hal ini diyakini karena penempatan sejumlah menteri baru dalam kabinet pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Gema Trisna Yudha
Gema Trisna Yudha Kamis, 24 Okt 2019 08:06 WIB
Kabinet Indonesia Maju diyakini bawa bangsa keluar dari zona nyaman

Formasi Kabinet Indonesia Maju dinilai akan mengubah zona nyaman Indonesia, karena keberadaan sejumlah menteri baru. Hal ini dinilai akan menjadi solusi untuk menghadapi era disrupsi akibat perkembangan teknologi informasi.

Pengamat politik dari Fisip Universitas Jember Muhammaq Iqbal, menyebut sejumlah menteri yang akan membawa warna baru dalam roda pemerintahan Jokowi periode kedua, di antaranya Menkopolhukam Mahfud MD, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, serta Nadiem Makarim yang menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Selain itu, Jenderal (Purn) Fachrul Razi yang menjadi Menteri Agama, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, serta Johnny G Plate sebagai Menkominfo.

"Nama-nama menteri baru itulah yang boleh jadi akan mengubah zona nyaman selama ini, karena memang saat ini sudah berada di abad 21 dengan banyak disrupsi yang terjadi hampir di semua sendi," kata dosen yang akrab disapa Iqbal, di Jember, Jawa Timur, Rabu (23/10).

Selama ini, lanjut dia, mendikbud dan menteri agama kerap diisi birokrat teknokrat di bidangnya.  Namun dalam Kabinet Indonesia Maju, kedua jabatan tersebut diisi oleh sosok yang jauh berbeda.

Hal ini dinilai menunjukkan orientasi masa depan dan isu kepentingan nasional lebih mengedepan, dibandingkan dengan roda eksekutif organisasional.

"Menteri agama dijabat jenderal militer, hampir pasti terkait dengan membebaskan bangsa dari segenap ancaman radikalisme dan terorisme, yang kerap dialamatkan pada nuansa simbol-simbol agama," ujar pakar komunikasi Unej itu pula.

Iqbal juga menilai, komposisi Kabinet Indonesia Maju itu menunjukkan visi misi Jokowi-Ma'ruf tidak hanya menyiapkan Indonesia menghadapi abad 21, melainkan abad 22.

Sponsored

"Abad 21 saja sudah sarat dengan hiperkompetisi, perubahan akseleratif dengan kompleksitas eksplosi big data dan informasi global serta post-truth. Nah, apa kabar nanti di abad 22," katanya.

Jika generasi bangsa saat ini tidak dipersiapkan sejak dini, lanjut dia, sangat mungkin akan mengalami tak hanya gagap, tapi juga gegar budaya dan karakter jati diri.

"Clayton Christensen bilang disrupsi bisa bersifat destruktif dan sekaligus kreatif. Hemat saya, mungkin inilah solusi eksekusi yang ditawarkan Kabinet Indonesia Maju menghadapi era disrupsi ini," ujarnya lagi. (Ant)

Berita Lainnya
×
tekid