sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kenangan dari keluarga korban Lion Air yang ditinggalkan

Tiga hari sebelum meninggal, salah satu dari korban kerap mengganti bajunya dan menggunakan baju serba hitam.

Ayu mumpuni
Ayu mumpuni Kamis, 01 Nov 2018 11:32 WIB
Kenangan dari keluarga korban Lion Air yang ditinggalkan

Idariana punya asa, suatu hari nanti ia dapat berjabat tangan dengan Presiden Joko Widodo dalam satu kesempatan. Asa Idariana memang terwujud, ia bisa bersalaman langsung dengan Presiden. Sayang, pertemuan dengan Presiden meski dalam kondisi duka. 

Idariana adalah orang tua sekaligus nenek dari satu keluarga yang menjadi korban Lion Air JT-610 ini. Anak, menantu dan dua cucunya menjadi korban dari jatuhnya pesawat berlambang singa ini. Kata Idariana, keluarganya menumpang di pesawat karena menghadiri pesta pernikahan keluarga. 

Ia pun tidak menyangka pada akhirnya pertemuan dengan Presiden Joko Widodo dalam rangka menunggu kedatangan jenazah keluarganya. Berada di RS Polri, Idariana bersama sang suami berangkat dari Bangka untuk menyerahakan data antemortem dan menunggu proses identifikasi jenazah. 

"Sepupu saya telepon memberitahu. Saya rasanya langsung panas, tidak kuat berdiri lagi," ucapnya.

Duka lain datang dari Dwi Ratna yang ayahnya menjadi korban dari pesawat Syahbandar Pangkalpinang. Ia berangkat dari Purwakarta setelah mendapat kabar dari rekan kerja bersama sang putri. 

Dwi bercerita, berdasarkan tiket yang ditunjukkan bawah ayahnya melalui foto, nama Kapten Muas Effendi Nasution tertulis menjadi penumpang Lion Air tujuan Jakarta Pangkalpinang. Ia segera menelpon pihak maskapai untuk memastikannya dan benar sang ayah tercatat sebagai satu dari ratusan penumpang yang terdaftar dalam manifes. 

"Saya sudah mengumpulkan DNA, lalu data fisik ayah seperti apa yang dipakai, tahi lalat di sebelah kanan pipi, dan rambutnya botak," rinci Dwi. 

Dirinya tidak menyangka kepergian ayahnya untuk bertemu teman lamanya dalam sebuah reuni justru menjadi jalan kepulangan pada Sang Kuasa. Dalam kenangan Dwi, keberangkatan ayahnya tidak biasanya. Baru kali ini menurut Dwi, ayahnya berangkat pada pagi hari, padahal biasanya ayahnya sering berangkat pada malam hari.

Sponsored

Terakhir kali pertemuannya dua minggu lalu lalu dan merasa tiga hari lalu seakan menjadi tanda kalau sang ayah akan pergi. 

"Tiga hari berturut-turut sebelum kecelakaan, ayah terus ganti baju dan selalu memakai baju serba hitam," jelasnya.

Dwi, Idarian dan sejumlah keluarga lainnya kini masih menunggu kepastian jasad keluarga mereka. Tak sedikit yang menyatakan harapannya agar pihak yang berwenang menemukan jasad keluarga mereka meski dalam kondisi apapun.
 

Berita Lainnya
×
tekid