sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Klaster keluarga bermunculan akibat aktivitas yang semakin masif

Klaster keluarga dapat terjadi ketika salah satu anggota keluarga terinfeksi virus.

Ghalda Anisah
Ghalda Anisah Selasa, 08 Sep 2020 07:45 WIB
Klaster keluarga bermunculan akibat aktivitas yang semakin masif

Penyebaran Covid-19 mengalami fluktuasi. Ada beberapa daerah yang sudah dinyatakan zona hijau kembali lagi menjadi zona merah dan begitu pula sebaliknya. Hal ini membuat faktor-faktor dari klaster keluarga menjadi sangat sensitif saat ini. 

Menurut inisiator @pandemictalks Firdza Radiany, klaster keluarga dapat terjadi ketika salah satu anggota keluarga terinfeksi virus, lalu menularkan ke anggota keluarga lainnya, akibatnya satu rumah tangga tertular Covid-19.  

Berdasarkan data yang dipaparkan oleh @pandemictalk dalam talkshow BNPB, Bogor memiliki 48 klaster keluarga dan 189 kasus, Bekasi meliliki 155 klaster keluarga da 437 kasus, Yogyakarta memiliki sembilan klaster keluarga dan 13 kasus, Semarang memiliki delapan klaster keluarga dan 10 kasus, Malang memiliki 10 klaster keluarga dan 35 kasus.

Hal ini disebabkan oleh aktivitas warga yang semakin masif, yaitu membiarkan anak-anak bermain bersama di lingkungan perumahan tanpa protokol kesehatan, kegiatan berkumpulnya warga, dan masih ada beberapa dari keluarga yang melakukan liburan, piknik atau jalan-jalan ke tempat publik. 

“Untuk itu orang tua dan anak-anak sebaiknya di rumah saja. Lebih teknis lagi sebaiknya kegiatan sekolah anak-anak dilakukan d irumah saja,” tegas Firdza, Senin (7/9). 

Sementara Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia Erlang Samoedro menambahkan, klaster keluarga terjadi karena masyarakat sudah dibebaskan untuk melakukan berbagai aktivitas. Mereka juga tidak sadar sudah terinveksi Covid-19 yang berasal dari lingkungan sekitar. 

“Biasanya karena gejalanya ringan, sehingga orang-orang menganggap tidak ada gejala, hal itu yang membuat orang sering kali tidak sadar bahwa sebenarnya ada gejala. Itu yang sering di bilang dengan OTG atau Orang Tanpa Gejala,” papar Erlang. 

Mereka kemudian melakukan aktivitas tanpa adanya rasa takut akan menularkan virus ini kepada orang lain. 

Sponsored

“Gejalanya biasanya deman dengan suhu yang lumayan tinggi, kemudian batuk, pilek, panas, dan kemudian saat ini ada gejala-gejala baru seperti diare dan sakit perut,” tambah Erlang. 

Untuk itu Erlang menyarankan kepada masyarakat agar ketika habis berpergian dan muncul gejala-gejala tersebut, segera melakukan rapid test atau swab test, agar jika terjadi indikasi Covid-19 dapat segera ditindaklanjuti. 

Berita Lainnya
×
tekid