sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Membakar ogoh-ogoh agar sifat negatif luruh

Masyarakat Bali menganggap ogoh-ogoh sebagai perwujudan bhuta kala atau kekuatan negatif .

Mona Tobing
Mona Tobing Jumat, 16 Mar 2018 12:38 WIB
Membakar ogoh-ogoh agar sifat negatif luruh

Satu hari menjelang hari raya Nyepi, ratusan ogoh-ogoh mulai berjejer di kawasan Denpasar, Bali. Pada Malam Pengerupukan Nyepi di Denpasar pada Jumat (16/3) diperkirakan bakal ada 688 ogoh-ogoh yang tersebar di Kota Denpasar. 

Jumlah tersebut bisa saja terus bertambah, melihat antusiasme warga untuk membawa boneka raksasa tersebut. Daerah lain di Bali seperti Gianyar juga tidak kalah ramai dari Denpasar. 

Belasan ogoh-ogoh atau boneka besar hasil kreativitas anak-anak muda dari tujuh desa adat di Desa Tembuku ikut ambil bagian dalam parade ogoh-ogoh. Pameran ogoh-ogoh dibuka Bupati Bangli I Made Gianyar pada Kamis malam.

Pawai ogoh-ogoh selain untuk menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1940. Plus, memupuk rasa persaudaraan, kebersamaan serta persatuan antar sesama warga dalam membangun Desa Tembuku melalui kegiatan seni dan budaya.

Bupati Bangli I Made Gianyar memberikan apresiasi dan mengaku sangat bangga dengan penampilan berbagai jenis ogoh-ogoh oleh masyarakat Tembuku. Hal itu sangat mendukung upaya pelestarian dan pengembangan seni budaya Bali.

"Kami merasa senang karena program pemerintah daerah selama ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Desa Tembuku," katanya seperti dikutip Antara.

Ogoh-ogoh memang identik dengan rangkaian perayaan tahun baru saka yang tepatnya sehari sebelum hari raya Nyepi atau yang disebut dengan hari pengerupukan. Masyarakat Bali menganggap ogoh-ogoh sebagai perwujudan bhuta kala atau kekuatan negatif yang biasanya diwujudkan dengan rupa raksasa atau setan yang menyeramkan. 

Ogoh-ogoh dikenal sejak jaman Dalem. Saat itu, ogoh-ogoh digunakan pada saat upacara Pitra Yadnya. Pitra Yadnya adalah upacara para pitara kepada roh-roh leluhur umat Hindu yang telah meninggal dunia. 

Sponsored

Ada juga berpendapat bahwa ogoh-ogoh dibuat oleh para pengrajin patung yang telah merasa jenuh membuat patung yang berbahan dasar batu padas, batu atau kayu. Namun di sisi lain mereka ingin menunjukkan kemampuan mereka dalam mematung.

Sehingga timbul suatu ide untuk membuat suatu patung dari bahan yang ringan supaya hasilnya nanti bisa diarak dan dipertunjukkan. Lama kelamaan kerap menjadi simbol untuk diarak saat Hari Nyepi. 

Sebenarnya ogoh-ogoh tidak hanya dibuat pada saat perayaan nyepi saja. Sering kali dalam parade kesenian, ulang tahun kota juga menghadirkan ogoh-ogoh. Bentuknya juga tidak melulu dalam seperti raksasa dengan rupa menyeramkan. Tapi juga berwujud toko kartun atau dewa-dewa hingga anak punk. 

Lalu apa sebenarnya makna ogoh-ogoh dalam upacara adat keagamanan? Dalam rangkaian ritual Nyepi, ogoh-ogoh merupakan wujud bakti kepada sang pencipta. Dalam manifestasinya berbentuk bhuta kala yang diharapkan tidak mengganggu alam semesta. Maka, ogoh-ogoh diarak kemudian dibakar sebagai simbol untuk meluruhkan sifat negatif. 

Ogoh-ogoh digital 

Selain berbentuk fisik, ogoh-ogoh digital juga mulai diperkenalkan oleh anak muda di Bali. Sejumlah warga yang tergabung dalam Sekeha Teruna (Kelompok Pemuda) Dharma Laksana Kota Denpasar membuat ogoh-ogoh yang dapat digerakkan dengan menggunakan koneksi internet.

Perancang sistem tersebut adalah Made Dwi Krisna. Made mengatakan, ogoh-ogoh berjudul Siwa Sarabha itu dapat menerima perintah suara yang dikirimkan oleh operator ogoh-ogoh dengan fitur Google Assistant dengan menggunakan ponsel pintar. Kemudian, ogoh-ogoh menerjemahkan perintah itu menjadi gerakan.

Made Dwi Krisna menjelaskan, cara pengoperasian ogoh-ogoh berteknologi internet tersebut adalah menghubungkan ogoh-ogoh dan ponsel pintar dengan koneksi internet. Setelah itu, operator membuka fitur Google Assistant dalam ponsel pintar dengan memberikan perintah suara.

Setelah itu, suara diolah oleh komponen yang ada di dalam ogoh-ogoh dan kemudian dapat bergerak sesuai dengan perintah yang diberikan. Di dalam ogoh-ogoh juga terdapat alat hidrolik dan baling-baling drone yang berfungsi sebagai penggerak bagian ogoh-ogoh.

Made menambahkan, dana pembuatan ogoh-ogoh mencapai Rp 25 juta tersebut. Namun tidak dapat diikutkan lomba tingkat Kota Denpasar. Sebab, hanya untuk menyalurkan kreativitas dan inovasi pemuda di wilayah Banjar Kaja Panjer.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid