sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menantu penembak di MUI tak tahu Mustopa bisa ketik dan tembak

Menantu memperkirakan, sang mertua menggunakan jasa ketik di tempat seperti rental komputer.

Immanuel Christian
Immanuel Christian Jumat, 05 Mei 2023 15:16 WIB
Menantu penembak di MUI tak tahu Mustopa bisa ketik dan tembak

Menantu penembak di Majelis Ulama Indonesia (MUI) Mustopa NR, Fauziah, merasa heran dengan tingkah sang mertua. Baik penembakan, ketikan surat, hingga keberadaannya, di Jakarta tidak sesuai perkiraan selama ini.

Fauziah mengatakan, ketikan surat yang menjadi alat bukti polisi sebagai hal yang aneh karena mertuanya tersebut tidak menggunakan komputer. Karena itu, dia memperkirakan sang mertua menggunakan jasa ketik di tempat seperti rental komputer.

“Sekolah hanya tamatan SD, tidak bisa komputer,” katanya seperti yang dikutip, Jumat (5/5).

Fauziah menyampaikan, Mustopa berpamitan hanya kepada ibu mertua dengan memohon doa restu. Selain itu, pihak keluarga juga tidak mengetahui Mustopa pernah belajar menembak. 

"Soal menembak, tidak tahu belajar di mana,” ujarnya.

Menurut Fauziah, semua data yang ada dan keterangannya juga sudah disampaikan kepada Tim Polda Metro Jaya yang datang ke rumah mereka. Ia berharap, kesalahan dan dosa mertuanya dapat dimaafkan.

Bahkan, ia meminta supaya jenazah dapat segera kembali ke pangkuan keluarga. Tentunya, supaya dapat dimakamkan secara layak.

“Maafkan jika dia salah, dia bukan teroris, sekali lagi uang itu dari anak-anaknya, dan sudah digunakan untuk membeli kebun dan lain lain,” ucapnya.

Sponsored

Terkait hal ini, pengamat terorisme Harits Abu Ulya meyakini, kejadian penembakan di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak terkait dengan jaringan terorisme di Indonesia. 

“Saya menduga kuat, ini tidak ada kaitannya dengan jejaring kelompok teroris di Indonesia,” kata Harits kepada Alinea.id, Selasa (2/5).

Harits menduga, penyebab tindakan kekerasan itu karena marah soal keinginannya bertemu pimpinan MUI. Mustopa selaku penembak sempat beberapa kali mengirimkan permintaan untuk bertemu para petinggi di MUI.

“Mungkin marah karena tidak diterima,” ujarnya.

Harits menyampaikan, hal menarik dari peristiwa ini adalah status Mustopa yang meninggal setelah ditangkap polisi. Hal ini perlu periksa secara medis untuk mengungkap penyebab kematiannya.

“Pada saat ditangkap itu hidup tetapi kemudian berita yang disampaikan meninggal. Ini perlu diautopsi,” ucapnya.

Ia mengingatkan, polisi juga harus mencari perihal Mustopa mendapatkan senjata api yang digunakan. Sebab, sebagai sipil tidak semudah itu mendapatkan senjata api.

“Senjata glock tidak bisa diakses seharusnya,” katanya menjelaskan.

Berita Lainnya
×
tekid