sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Muhammadiyah jawab tudingan ilmuwan BRIN: Wujudul Hilal lewat diskursus panjang

Pakaf Falak Muhammadiyah Arwin Juli Butar-butar menyayangkan tudingan ilmuwan BRIN yang menyebut metode hisab usang.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Senin, 20 Mar 2023 08:18 WIB
Muhammadiyah jawab tudingan ilmuwan BRIN: Wujudul Hilal lewat diskursus panjang

Penentuan awal bulan menggunakan metode hisab wujudul hilal merupakan hasil ijtihad. Sebagai sebuah ijtihad, metode tersebut dihasilkan dari intensitas kajian yang tidak dangkal. Karena itu, ijtihad itu patut dihormati. 

Pakar Falak Muhammadiyah Arwin Juli Butar-butar menjelaskan itu sekaligus menjawab tudingan ilmuwan Badan Riset dan Inovasi Nasional alias BRIN, Thomas Djamaludin. Thomas menyebut metode hisab wujudul hilal Muhammadiyah menggunakan teori usang. 

Arwin menerangkan, sebuah ijtihad dalam fikih Islam tentu harus dihormati. Terlepas dari keunggulan dan kekurangannya. Manakala tidak sesuai atau tidak memenuhi keinginan suatu pihak, kata Arwin, tidak boleh dinilai secara tendensius. Apalagi distigma secara negatif.

Seandainya sentuhan dan pemahaman rasional-irfani ini dipahami secara baik, jelas Arwin, niscaya tidak akan muncul diksi dan narasi sinis-provokatif. Sebab, kata dia, dalam syariat cara menempati arti penting. 

"Bahkan sebuah adagium menyatakan ‘al-adab fauqa al-‘ilm’ (adab itu di atas ilmu). Artinya, secanggih apapun ilmu (epistemologi) tidak boleh mengabaikan aspek nilai (irfani)," kata Arwin, disitat dari laman Muhammadiyah, Senin (20/3)

Mirip teori geosentris

Thomas Djamaluddin mengatakan metode wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah sudah usang. Metode itu menggunakan teori mirip geosentris yang sudah usang.

"Ini sesungguhnya teori geosentrik, bumi sebagai pusat dan bulan itu mengelilingi bumi. Itu yang kemudian saya sebut teori usang," kata Thomas, Kamis (16/3).

Sponsored

Dalam sebuah tulisan di blog pribadinya yang terbit pada Mei 2012 silam, Thomas sudah menjelaskan soal kritiknya terhadap Muhammadiyah ini. Ia mengatakan konsep bulan mengejar matahari atau matahari mengejar bulan menjadi dasar pemikiran wujudul hilal.

"Seolah matahari dan bulan berkejaran di orbitnya mengelilingi bumi seperti dalam faham geosentrik," terang Thomas.

Arwin Juli Butar-butar menyayangkan pernyataan Thomas tersebut. Menurut dia, penentuan awal bulan di dalam tubuh Muhammadiyah melewati dirkusus yang panjang.

"Sesuai tabiatnya, Muhammadiyah adalah organisasi yang memiliki karakter progresif dan berkemajuan, yang dalam konteks penentuan awal bulan memiliki analisis historis mendalam dan pada saat yang sama memiliki sorotan maslahat jauh ke depan yang ditunjukkan dengan gagasannya tentang Kalender Islam Global," kata Arwin.

Berita Lainnya
×
tekid