close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Umat Katolik malaksanakan misa dirumahnya di Kali klatak, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (22/3).Foto Antara/Budi Candra Setya/foc.
icon caption
Umat Katolik malaksanakan misa dirumahnya di Kali klatak, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (22/3).Foto Antara/Budi Candra Setya/foc.
Nasional
Sabtu, 28 Maret 2020 13:15

Semua pemuka agama imbau umat beribadah di rumah

Para pemuka dari berbagai agama sepakat dalam masa wabah Covid-19 ini mengimbau umatnya agar menghindari kerumunan, termasuk beribadah.
swipe

Semua organisasi keagamaan kembali mengingatkan agar umat beribadah di rumah. Hal itu untuk mengurangi penyebaran Covid-19 di Indonesia. 

Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Wali Gereja Romo Steve, mengatakan, dalam rangka mencegah Covid-19 seluruh umat Katolik, diminta tidak mengikuti kegiatan keagamaan secara langsung. Dia menyatakan agar ibadah diikuti dari kediaman masing-masing.

"Silakan mengikuti lewat live streaming atau media komunikasi digital," kata Steve saat video conference di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta Timur, Sabtu (28/3).

Selain itu, umat Katolik diimbau memberi dukungan lewat gerakan solidaritas untuk membantu penanggulangan Covid-19. Ditujukan kepada orang-orang yang sangat terdampak dari virus tersebut.

Kendati demikian, Steve percaya bangsa Indonesia bisa melawan Covid-19. Oleh sebab itu dia mengajak umat Katolik agar semakin tekun masuk dalam doa teristimewa di masa praPaskah ini.

"Kita mendoakan semua orang yang ada di garda terdepan untuk berhadapan dengan masalah ini. Kita doakan, tetapi bukan dengan kerumunan. Kita doakan dari rumah masing-masing," ucap dia.

Di tempat yang sama, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Jacklevyn F Manuputty, mengatakan PGI telah mengeluarkan imbauan kepada anggotanya terkait Covid-19 pada 13 Maret.

Dalam saran tersebut, disampaikan gereja di Indonesia untuk menjaga jarak aman dan memindahkan ibadah yang sifatnya kerumunan ke rumah jemaat masing-masing.

"Tradisi kekristenan mula-mula membangun spiritualitas berbasis keluarga. Ini saatnya mengumpulkan seluruh anggota keluarga. Kita membangun keintiman, kekerabatan, dan spiritualitas di dalam keluarga masing-masing," ujar dia di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta Timur.

Bersama keluarga, masyarakat bisa saling mengingatkan, membangun edukasi, dan meningkatkan literasi tentang Covid-19. Di sisi lain, juga bisa mendidik anggota keluarga untuk bersolidaritas menanggulangi pandemi virus ini.

"Tetapi juga mendidik anggota keluarga untuk solider dan peduli dengan mereka yang menderita, mereka yang terimbas, mereka yang meninggal. Solider dengan para tenaga medis yang bekerja di garis depan penanggulangan Covid-19. Mereka yang menjadi relawan, yang bekerja di garis depan penanggulangan Covid-19," jelas dia.

Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, Jacklevyn F. Manuputty, mengatakan pada 13 Maret lalu PGI telah mengeluarkan imbauan kepada anggotanya terkait coronavirus jenis baru atau Covid-19.

Dalam imbauan tersebut, disampaikan gereja di Indonesia untuk menjaga jarak aman dan memindahkan ibadah yang sifatnya kerumunan ke rumah jemaat masing-masing.

"Kita mengingat tradisi kekristenan mula-mula membangun spiritualitas berbasis keluarga. Ini saatnya kita mengumpulkan seluruh anggota keluarga, kita membangun keintiman, kekerabatan dan spiritualitas di dalam keluarga masing-masing," ujar dia di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta Timur, Sabtu (28/3).

Bersama keluarga, jelas Jacklevyn, masyarakat bisa saling mengingatkan, membangun edukasi, dan meningkatkan literasi tentang Covid-19. Di sisi lain, juga bisa mendidik anggota keluarga untuk bersolidaritas menanggulangi pandemi virus ini.

"Tetapi juga mendidik anggota keluarga kita untuk solider dan peduli dengan mereka yang menderita, mereka yang terimbas, mereka yang meninggal. Solider dengan para tenaga medis yang bekerja di garis depan penanggulangan Covid-19. Mereka yang menjadi relawan, yang bekerja di garis depan penanggulangan Covid-19," jelas dia.

Sementara itu, perayaan Paskah yang akan berlangsung, termasuk Kamis Putih dan Jumat Agung, PGI telah mengeluarkan imbauan sekaligus panduan teknis melaksanakan ibadah tersebut dari rumah.

Jacklevyn menyakinkan, sekalipun melakukan ibadah tersebut dari rumah, hal itu tidak akan mengurangi iman dan kepercayaan. Dia meminta agar jemaat yakin bahwa Tuhan berkenan dengan kerja keras hambanya demi menanggulangi Covid-19, sekalipun mengurangi kerumunan ibadah.

"Demi terciptanya, demi terjaminnya kehidupan yang berkenan kepada Allah, kehidupan yang didalamnya kesejahteraan semua orang dapat tercipta," jelas dia.

Semua organisasi keagamaan kembali mengingatkan agar umat beribadah di rumah. Hal itu untuk mengurangi penyebaran Covid-19 di Indonesia. 

Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Wali Gereja Romo Steve, mengatakan, dalam rangka mencegah Covid-19 seluruh umat Katolik, diminta tidak mengikuti kegiatan keagamaan secara langsung. Dia menyatakan agar ibadah diikuti dari kediaman masing-masing.

"Silakan mengikuti lewat live streaming atau media komunikasi digital," kata Steve saat video conference di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta Timur, Sabtu (28/3).

Selain itu, umat Katolik diimbau memberi dukungan lewat gerakan solidaritas untuk membantu penanggulangan Covid-19. Ditujukan kepada orang-orang yang sangat terdampak dari virus tersebut.

Kendati demikian, Steve percaya bangsa Indonesia bisa melawan Covid-19. Oleh sebab itu dia mengajak umat Katolik agar semakin tekun masuk dalam doa teristimewa di masa praPaskah ini.

"Kita mendoakan semua orang yang ada di garda terdepan untuk berhadapan dengan masalah ini. Kita doakan, tetapi bukan dengan kerumunan. Kita doakan dari rumah masing-masing," ucap dia.

Di tempat yang sama, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Jacklevyn F Manuputty, mengatakan PGI telah mengeluarkan imbauan kepada anggotanya terkait Covid-19 pada 13 Maret.

Dalam saran tersebut, disampaikan gereja di Indonesia untuk menjaga jarak aman dan memindahkan ibadah yang sifatnya kerumunan ke rumah jemaat masing-masing.

"Tradisi kekristenan mula-mula membangun spiritualitas berbasis keluarga. Ini saatnya mengumpulkan seluruh anggota keluarga. Kita membangun keintiman, kekerabatan, dan spiritualitas di dalam keluarga masing-masing," ujar dia di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta Timur.

Bersama keluarga, masyarakat bisa saling mengingatkan, membangun edukasi, dan meningkatkan literasi tentang Covid-19. Di sisi lain, juga bisa mendidik anggota keluarga untuk bersolidaritas menanggulangi pandemi virus ini.

"Tetapi juga mendidik anggota keluarga untuk solider dan peduli dengan mereka yang menderita, mereka yang terimbas, mereka yang meninggal. Solider dengan para tenaga medis yang bekerja di garis depan penanggulangan Covid-19. Mereka yang menjadi relawan, yang bekerja di garis depan penanggulangan Covid-19," jelas dia.

Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, Jacklevyn F. Manuputty, mengatakan pada 13 Maret lalu PGI telah mengeluarkan imbauan kepada anggotanya terkait coronavirus jenis baru atau Covid-19.

Dalam imbauan tersebut, disampaikan gereja di Indonesia untuk menjaga jarak aman dan memindahkan ibadah yang sifatnya kerumunan ke rumah jemaat masing-masing.

"Kita mengingat tradisi kekristenan mula-mula membangun spiritualitas berbasis keluarga. Ini saatnya kita mengumpulkan seluruh anggota keluarga, kita membangun keintiman, kekerabatan dan spiritualitas di dalam keluarga masing-masing," ujar dia di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta Timur, Sabtu (28/3).

Bersama keluarga, jelas Jacklevyn, masyarakat bisa saling mengingatkan, membangun edukasi, dan meningkatkan literasi tentang Covid-19. Di sisi lain, juga bisa mendidik anggota keluarga untuk bersolidaritas menanggulangi pandemi virus ini.

"Tetapi juga mendidik anggota keluarga kita untuk solider dan peduli dengan mereka yang menderita, mereka yang terimbas, mereka yang meninggal. Solider dengan para tenaga medis yang bekerja di garis depan penanggulangan Covid-19. Mereka yang menjadi relawan, yang bekerja di garis depan penanggulangan Covid-19," jelas dia.

Sementara itu, perayaan Paskah yang akan berlangsung, termasuk Kamis Putih dan Jumat Agung, PGI telah mengeluarkan imbauan sekaligus panduan teknis melaksanakan ibadah tersebut dari rumah.

Jacklevyn menyakinkan, sekalipun melakukan ibadah tersebut dari rumah, hal itu tidak akan mengurangi iman dan kepercayaan. Dia meminta agar jemaat yakin bahwa Tuhan berkenan dengan kerja keras hambanya demi menanggulangi Covid-19, sekalipun mengurangi kerumunan ibadah.

"Demi terciptanya, demi terjaminnya kehidupan yang berkenan kepada Allah, kehidupan yang didalamnya kesejahteraan semua orang dapat tercipta," jelas dia.

Sementara pengurus Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Hong Tjhin, mengatakan umat Buddha diimbau menghentikan semua kegiatan di Vihara, demi mencegah penyebaran Covid-19.

Dia juga merekomendasikan kegiatan ibadah dilakukan di kediaman masing-masing dengan menggunakan bantuan teknologi. Hong turut menyampaikan pihaknya mendukung program pemerintah yang melarang kerumunan dan menjaga jarak aman fisik, minimal dua meter.

"Apabila teknologi tidak tersedia, bisa melakukan ibadah pendalaman Dharma dan juga komunikasi dengan keluarga. Inilah saat yang baik untuk mawas diri, introspeksi dan menguatkan ikatan antarkeluarga," kata Hong di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta Timur, Sabtu (28/3).

Dia mengingatkan, agar masyarakat senantiasa melaksanakan anjuran kesehatan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan dalam air yang mengalir. Hal itu adalah cara termudah dan termurah yang bisa dilakukan masyarakat demi mencegah Covid-19.

"Salah satu yang dikatakan oleh kitab suci umat Budha adalah melindungi diri sendiri sama dengan melindungi orang lain, melindungi orang lain sama dengan melindungi diri sendiri," tutur Hong.

Sementara Parisada Hindu Dharma Indonesia pada awal Maret sudah mengeluarkan imbauan. Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial Kemanusiaan, Ketua Badan Kesehatan dan Pemberdayaan Umat PHDI Pusat, Nyoman Suarthanu, mengatakan umat Hindu diminta tidak melakukan persembahyangan bersama.

Umat Hindu diminta melakukan ritual keagamaan yang utama dan tetap menjalankan pola hidup sehat. Terkait teknis ibadah, agar dilakukan di rumah saja.

"Dalam rangka mencegah Covid-19 ini, kita bersama-sama melakukan beberapa kegiatan keagamaan ritual persembahyangan cukup dari rumah saja," ucap Suarthanu.

Selain itu, umat Hindu turut diminta meningkatkan keimanan agar dapat melakukan yang terbaik, dengan harapan bisa menghindari bencana yang terjadi."Covid-19 merupakan bencana yang begitu dahsyat dan besar dari bangsa kita. Oleh karena itu umat sedharma yang saya cintai, mari kita lakukan kegiatan-kegiatan yang bisa menghindari diri dari bencana ini," ucap dia.

Di sisi lain, Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Asrorun Niam Sholeh, mengatakan Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 tentang Pendoman Pelaksanaan Ibadah dalam Wabah Covid-19 bukan anjuran lalarang melakukan ibadah. 

Menurutnya, justru dalam situasi seperti ini umat Islam harus meningkatkan biasanya dalam bentuk ikhtiar batin.

"Tetapi untuk kontribusi kita menyelamatkan jiwa, maka salah satu protokol kesehatan yang harus dijaga bersama adalah meminimalisir kerumunan," kata Asrorun di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta Timur, Sabtu (28/3).

Dengan demikian, ibadah yang dilaksanakan secara berkerumun seminimal mungkin dilarang dan dihindari. Hal tersebut, semata-mata demi kesehatan dan keselamatan bersama.

Di sisi lain, dia mengimbau kepada masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam untuk terus berkontribusi mencegah penyebaran Covid-19. Itu bisa dilakukan dengan ikhtiar lahir dan batin.

"Ikhtiar batin yang terus dilaksanakan adalah dengan cara meningkatkan keimanan dan juga ketaqwaan, meningkatkan ibadah kepada Allah SWT," jelas dia.

Selain itu, dalam sembahyang fardu umat Islam disarankan membaca Qunut Nazilah. Doa tersebut bisa dibaca secara khusus karena ada masalah seperti pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini.

Pada 16 Maret MUI telah mengeluarkan fatwa haram bagi orang telah terpapar Covid-19 untuk sembahyang di masjid atau tempat umum. Menurut Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin AF, orang yang terpapar wajib menjaga dan mengisolasi diri.

Sementara untuk yang sehat dan belum diketahui terpapar Covid-19 harus memerhatikan dua hal. Pertama, apabila berada di suatu kawasan yang berpotensi tinggi penularannya, boleh meninggalkan salat Jumat dan mengganti dengan salat Zuhur di kediaman.

"Serta meninggalkan jemaah salat lima waktu/rawatib, Tarawih, dan Id di masjid atau tempat umum lainnya," kata Hasanuddin dalam keterangannya.

Kedua, apabila berada di wilayah yang potensi penularannya rendah berdasarkan ketetapan pihak berwenang, maka tetap wajib menjalankan ibadah dan menjaga diri agar tidak terpapar Covid-19.

"Seperti tidak kontak fisik langsung (bersalaman, berpelukan, cium tangan), membawa sajadah sendiri, dan sering membasuh tangan dengan sabun," jelas dia.

Di sisi lain, dalam kondisi Covid-19 tidak terkendali di suatu kawasan, umat Islam tidak boleh menyelenggarakan salat Jumat di kawasan tersebut, sampai keadaan menjadi normal kembali dan wajib menggantikannya dengan salat Zuhur di tempat masing-masing.

"Demikian juga tidak boleh menyelenggarakan aktifitas ibadah yang melibatkan orang banyak dan diyakini dapat menjadi media penyebaran Covid-19, seperti jemaah salat lima waktu/rawatib, salat Tarawih dan Id di masjid atau tempat umum lainnya, serta menghadiri pengajian umum dan majelis taklim," jelas dia.

img
Akbar Ridwan
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan