close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kegiatan belajar mengajar. Foto dokumentasi Kantor Komunikasi Kepresidenan.
icon caption
Ilustrasi kegiatan belajar mengajar. Foto dokumentasi Kantor Komunikasi Kepresidenan.
Peristiwa
Jumat, 02 Mei 2025 20:35

Hardiknas 2025, ini cita-cita Presiden Prabowo

Prabowo meluncurkan empat kebijakan strategis baru yang menyasar akar ketimpangan pendidikan nasional.
swipe

Dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional, Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan, Philips J. Vermonte, mengingatkan kembali tonggak sejarah pendidikan Indonesia: program SD Inpres yang diluncurkan Presiden Soeharto pada 1973. Kebijakan ini membangun puluhan ribu sekolah dasar dan berhasil mengerek partisipasi sekolah hingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan generasi penerus.

“Dampaknya begitu kuat hingga menjadi rujukan riset Esther Duflo dari MIT, yang turut mengantarkannya meraih Nobel Ekonomi,” ujar Philips dalam keterangan, Jumat (2/5).

Kini, setelah 50 tahun, Presiden Prabowo Subianto memulai langkah serupa namun lebih luas: membangun bukan hanya sekolah, tetapi ekosistem pendidikan dari hulu ke hilir. Dalam pidatonya, Prabowo meluncurkan empat kebijakan strategis baru yang menyasar akar ketimpangan pendidikan nasional. Philips menyebutnya sebagai “momen transformatif kedua” dalam sejarah pendidikan Indonesia.

Empat kebijakan pendidikan anyar yang diluncurkan Presiden Prabowo Subianto itu memperkuat lima kebijakan sebelumnya. Fokus utamanya: mengatasi ketimpangan akses, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan memperkuat dukungan bagi anak-anak miskin serta berbakat.

Menurut Philips kebijakan ini merupakan jawaban langsung terhadap tantangan pendidikan selama ini. Mulai dari program Makan Bergizi Gratis, pembangunan Sekolah Rakyat, Sekolah Unggulan Garuda, hingga skema tunjangan dan bantuan kuliah bagi guru serta dosen. “Ini bukan sekadar kebijakan teknis, tapi langkah politik besar untuk membenahi akar masalah pendidikan nasional,” kata Philips.

Jika SD Inpres menjadi bagian dari studi peraih Nobel Ekonomi, kata dia, maka sembilan kebijakan pendidikan Prabowo Subianto berpeluang menjadi model global pendidikan inklusif di abad ke-21. Philips menyoroti potensi jangka panjang kebijakan-kebijakan ini: memperkecil ketimpangan sosial, melompatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) nasional, hingga menjadikan Indonesia teladan bagi negara berkembang. Tak hanya membangun sekolah, Prabowo membangun manusia—dari nutrisi siswa, kesejahteraan guru, hingga modernisasi lewat layar pintar dan perbaikan sekolah rusak.

“Bila sukses, dunia akan kembali menoleh ke Indonesia, bukan karena bangunan, tetapi karena keberhasilan mewujudkan pendidikan yang adil dan merata,” ujarnya.

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan