sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Luntur citra gemoy buntut umpatan, kikis elektabilitas Prabowo?

Prabowo belakangan ini kerap melontarkan kata-kata kasar, seperti "ndasmu etik" dan "goblok".

Immanuel Christian
Immanuel Christian Jumat, 12 Jan 2024 20:45 WIB
Luntur citra gemoy buntut umpatan, kikis elektabilitas Prabowo?

Karakter calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto, dalam beberapa waktu terakhir mengalami perubahan 180 derajat jika dibandingkan dengan awal-awal Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Mulanya, ia dicitrakan sebagai figur yang menggemaskan dan riang (gemoy) karena gemar berjoget, tetapi kini menjadi figur pemarah dan enteng melontarkan umpatan-umpatan kasar, seperti "Ndasmu etik" dan "goblok".

Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair), Ali Sahab, menilai, perubahan perangai Prabowo tersebut dapat memengaruhi terhadap tingkat keterpilihannya (elektabilitas). Namun, peluangnya sekitar 50:50.

Ia berpendapat demikian lantaran perubahan karakter itu menunjukkan kekurangan Prabowo dalam mengontrol emosi. Di sisi lain, memunculkan empati publik lantaran kegeraman Menteri Pertahanan (Menhan) itu dipicu lawan politik yang memojokkannya.

"Bisa, ya [menggerus elektabilitas]. Juga bisa sebaliknya," katanya kepada Alinea.id, Jumat (12/1).

Ali melanjutkan, sikap Prabowo tersebut lumrah jika dilakukan dalam forum tertutup. Sayangnya, itu muncul di ranah publik sehingga menjadi bumerang sehingga akan menggerus citra gemoy. Apalagi, joged ala Prabowo dan tingkah kocaknya sempat mewarnai jagad maya.

Oleh karena itu, menurutnya, ini merupakan pekerjaan rumah (PR) Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Rakabuming Raka agar dapat mengembalikan reputasi jagoannya sebagai sosok yang gemoy. Sebab, citra menjadi elemen penting dalam gelanggang politik.

Selain itu, harus mampu "mengajari" Prabowo agar dapat mengendalikan emosinya. Namun, ini akan sulit mengingat karakter tidak bisa diubah, apalagi dilakukan dalam waktu singkat bak membalikkan telapak tangan. "Maka, perlu cawapresnya yang banyak 'menambal' kekurangan itu," ujar Ali.

Faktor pemilih bertahan

Sponsored

Sementara itu, jika merujuk survei Indonesian Political Opinion (IPO) awal Januari 2024, elektabilitas Prabowo-Gibran masih aman di puncak dengan 42,3%. Adapun pasangan Anies-Muhaimin Iskandar (Amin) meraih 34,5% dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD 21,5%. Dengan demikian, perubahan karakter Prabowo tidak berpengaruh besar terhadap dukungan kepadanya.

Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah, melihat, akan ada gerakan masif dari tim sukses untuk menggenjot elektabilitas Prabowo. Upaya tersebut diprediksi melalui kampanye dan mobilisasi agar pemilih tetap loyal.

"Fakta membuktikan rupanya itu tidak berdampak pada penurunan. Elektabilitas Prabowo masih tetap unggul. Satu sisi, memang memprihatinkan, tetapi sisi lain, itu tidak dinilai pemilih sebagai pertimbangan memilih," ungkapnya kepada Alinea.id dalam kesempatan terpisah.

Menurutnya, masih tingginya elektabilitas Prabowo karena basis pemilih sudah tinggi sejak awal. Kian terbukanya dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendekati masa pemilihan pun akan membantu menjaga suara tersebut.

Lebih jauh, Dedi menyampaikan, mesin partai mulai berimbas. Di beberapa daerah, terangnya, terjadi penguatan pemilih partai yang mulai bergerak menjadi menyokong Prabowo.

Meskipun demikian, ia mengingatkan, tetap ada hal lain yang dapat menurunkan elektabilitasnya. Misalnya, Prabowo melakukan kesalahan fatal dan menyinggung mayoritas publik, utamanya agama.

"Isu Agama memang tidak terbukti tingkatkan elektabilitas, tetapi sangatungkin bisa untuk turunkan. Contoh kasusnya adalah BTP (Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok)," jelasnya.

Sementara itu, peneliti Charta Politika, Ardha Ranadireksa, mengaku, ucapan Prabowo menggoyang persepsi yang dibangun selama ini sekalipun gimik gemoy terlalu dipaksakan. Ia pun menyarankan TKN Prabowo-Gibran dapat meredam dampak negatif yang dihasilkan mengingat citra gemoy menjadi salah satu daya tarik publik memilih bekas Danjen Kopassus itu.

"Kita tahu bahwa gemoy dan joget ini merupakan salah satu daya tarik pada pemilih, khususnya pemilih pemula (gen Z) atau pemilih muda (milenial), yang kerap diasumsikan tidak terlalu concern dengan pemaparan program kampanye yang terlampau serius atau bentuk kampanye konvensional," ucapnya kepada Alinea.id.

Manuver lawan, menurut Ardha, juga perlu diperhatikan TKN. Jika kompetitor memanfaatkan kelengahan ini, maka bisa mengamplifikasi citra mereka lebih mudah, baik di media sosial maupun perbincangan warung kopi.

Berita Lainnya
×
tekid