sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Makna di balik kampanye "mondok"  ala Ganjar 

Ganjar kian sering menginap di rumah warga di berbagai daerah. Blusukan model itu dinilai efektif menjaring simpati.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Rabu, 08 Nov 2023 13:13 WIB
Makna di balik kampanye

Bakal calon presiden (bacapres) Ganjar Pranowo kembali melanjutkan blusukan bergenre "mondok" di rumah warga setempat. Teranyar, Ganjar menginap di rumah warga bernama Sutrisni di Desa Trikoyo, Tugumulyo, Musi Rawas, Sumatera Selatan. 

"Karena persaudaraan akan mengalahkan segalanya. Terima kasih saudara-saudaraku warga Tugu Mulyo Musi Rawas Sumsel atas sambutannya yang luar biasa. Selalu ada cinta di antara kita," tulis Ganjar di akun Instagram terverifikasi, @ganjar_pranowo. 

Dalam video yang diunggah di akun itu, Ganjar tak sekadar makan dan tidur. Ia juga menghabiskan malam dengan berdiskusi dan mendengarkan keluhan warga setempat. Sebelum pamit, Ganjar tak lupa sarapan bersama keluarga pemilik rumah. 

"Seperti mimpi saya idola saya datang ke rumah kami. Padahal, rumah kami bukan yang terbagus di daerah sini... Mudah-mudahan idola kami jadi idola semua rakyat Indonesia juga," kata Sutrisni, sang pemilik rumah. 

Sejak resmi ditetapkan sebagai bacapres dari PDI-Perjuangan, Ganjar terlihat kian rutin mondok di rumah warga. Ia tercatat pernah menginap di rumah warga di desa-desa di Tasikmalaya dan Bandung, Jawa Barat serta Way Jepara, Lampung Timur.

Juru bicara (jubir) Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Sunanto strategi kampanye dengan menginap di rumah warga sudah dilakoni Ganjar sejak masih menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah (Jateng). 

"Hal itu sudah dia lakukan sejak menjadi gubernur. Ganjar ingin mendengar secara langsung aspirasi masyarakat," kata Cak Nanto, sapaan akrab Sunanto, saat dihubungi Alinea.id, Selasa (7/11).

Menurut Cak Nanto, sebagian rumah yang dijadikan tempat menginap warga merupakan hasil pemetaan acak dari tim kampanye Ganjar-Mahfud. Namun, Ganjar seringkali memutuskan sendiri rumah warga yang ingin ia jadikan tempat menginap. 

Sponsored

"Pak Ganjar seringkali dadakan, saya ingin menginap di sini. Sampai sekarang, masih random (rumah) yang mau didatangi dan belum ada target juga yang mau didatangi itu berapa. Selama jadwal memungkinkan, sebanyak-banyaknya," kata Cak Nanto.

Menginap jadi ciri khas Ganjar dalam program Tuku Lemah Oleh Omah di Jateng. Itu program bantuan renovasi rumah tak layak huni yang diinsiasi Ganjar sejak tahun 2000. Biasanya, Ganjar mondok usai rumah warga direnovasi.

Tak sekadar gimmick, Ganjar juga menjadikan mondok di rumah warga sebagai cara menuntaskan persoalan. Saat konflik akibat penambangan batu andesit memanas di Desa Wadas, Purworejo, Jateng pada pertengahan Februari 2022, Ganjar juga sempat menginap di rumah warga di desa itu untuk berdiskusi mencari solusi. 

Cak Nanto berkata kampanye dengan menginap di rumah warga bukan tanpa tantangan. Pasalnya, tim kampanye perlu memetakan terlebih dahulu sikap politik warga yang hendak didatangi. Dengan begitu, kunjungan Ganjar tak malah berujung penolakan dan protes. 

"Sulitnya di situ, model kampanye seperti ini. Kami harus lihat dulu apakah warga yang didatangi ini bersedia menerima karena khawatirnya justru mereka menolak," kata politikus PDI-P itu. 

 Bacapres Ganjar Pranowo makan siang bersama warga di Kampung Nagrog, Desa Muncang, Tasikmalaya, Jawa Barat, Oktober 2023. /Foto Instagram @ganjar_pranowo

Efektif jaring simpati

Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Ade Reza Hariyadi menyebut kampanye "bergenre" mondok dilakukan Ganjar untuk membangun ikatan politik dengan calon pemilih. Aktivitas model itu, kata Ade, sudah menjadi gaya dan watak politik Ganjar. 

"Itu sudah lama dilakukan saat menjadi Gubernur Jawa Tengah. Jadi, tidak bisa dikatakan ini dibuat-buat hanya sekadar mencari simpati pemilih," kata Ade kepada Alinea.id di Jakarta, belum lama ini. 

Model kampanye populis semacam itu, menurut Ade, cukup signifikan untuk menebalkan simpati warga terhadap Ganjar. Jika dijalani serius dan lokasi yang didatangi masif, ia meyakini model kampanye itu efektif untuk mendongkrak elektabilitas. 

"Harus ada amplifikasi melalui media sosial yang jangkauannya lebih luas. Dan juga soal intensitas menyajikan story telling supaya ini menjadi pembicaraan masyarakat dari mulut ke mulut," kata dia. 

Model kampanye seperti itu, menurut Ade, juga bakal efektif untuk penetrasi daerah-daerah yang relatif tidak dikuasai Ganjar. Ia mencontohkan Jawa Barat yang saat ini masih didominasi Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, dua kandidat bacapres lain pesaing Ganjar. 

"Ganjar kemungkinan bisa diterima oleh masyarakat di Jawa Barat dan mau mendengar apa yang menjadi keprihatinan masyarakat di Jawa Barat. Lagi-lagi amplifikasi melalui media sosial yang cukup masif dan kemudian juga memperkuat story telling jadi penting," ucap Ade.

Ade sepakat blusukan ala Ganjar punya banyak tantangan. Selain sangat menguras energi, model kampanye itu juga membutuhkan pengkondisian yang rumit. Ia menyarankan agar Ganjar tidak memaksakan diri mondok di kawasan yang jadi basis konstituen "garis keras" lawan-lawan politiknya.

"Misalkan nanti di lapangan itu bisa saja disusupi lawan-lawan politik dan digunakan untuk mengeksploitasi isu-isu yang menyudutkan Ganjar. Tentu itu harus diwaspadai. Basis pemilih itu juga perlu pengkondisian politik. Jadi, tidak serta-merta langsung turun ke lapangan," kata dia. 

 

Berita Lainnya
×
tekid