sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Peluru yang akan menyerang Jokowi dan Prabowo di Pilpres 2019

"Semakin sebaran isunya semakin luas, dan tingkat kepercayaan publik tinggi akan isu tersebut, maka peluang kemenangan semakin terbuka."

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Minggu, 05 Agst 2018 14:14 WIB
Peluru yang akan menyerang Jokowi dan Prabowo di Pilpres 2019

Jelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2019, isu politis yang bertujuan untuk menjatuhkan lawan, diprediksi menjamur di sejumlah ruang publik di Indonesia. Strategi tersebut dianggap peluru ampuh dan strategis untuk menembak persepsi publik dalam menentukan kandidat pilihan di Pilpres 2019.

Pengamat Politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, mengatakan berdarakan gejala yang terjadi, isu agama dan ekonomi akan terus dilancarkan pihak lawan Joko Widodo (Jokowi) sampai detik-detik pelaksanaan Pilpres 2019.

"Isu tersebut terdiri dari isu kemiskinan, kenaikan TDL, sembako mahal, tenaga kerja asing, dollar naik, dan  isu anti Islam," kata Ujang kepada Alinea, Minggu (5/8).

Oleh karenanya, Jokowi harus mengantisipasinya dengan tetap mengedepankan penyelesaian program-program kabinet sebelum memasuki Pilpres 2019.

Meski demikian, bukan berarti pihak Prabowo Subianto dalam posisi aman. Sebab kubu Prabowo juga memiliki isu-isu masa lalu, yang bisa saja diungkap dan dituntut kembali penyelesaiannya. 

Sebut saja kasus penghilangan secara paksa para aktivis 1998. Prabowo yang pada waktu itu menjabat sebagai Danjen Kopassus, diduga turut terlibat atas hilangnya para aktivis 98 tersebut.

Tak hanya itu, menurut Ujang, masuknya Partai Demokrat juga akan memberi beban pada barisan Prabowo. Menurutnya bukan tidak mungkin konflik antara Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Antasari Azhar dalam kasus peradilan sesat yang berujung pada penahanan Antasari, akan kembali mencuat. 

Isu ini juga sempat muncul jelang Pilkada DKI Jakarta 2017. Saat itu, SBY meradang dan menganggap Antasari ingin menjatuhkan anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menjadi salah satu kontestan di Pilkada DKI Jakarta 2017.

Sponsored

Ujang meyakini isu tersebut akan muncul kembali untuk menjatuhkan Prabowo dan AHY, apabila AHY dipilih sebagai pendamping Prabowo di Pilpres 2019 mendatang.

"Sangat besar kedua isu tersebut akan muncul kembali, dan saya bisa katakan pasti akan muncul kembali. Kedua isu tersebut memang selama ini menjadi alat serang pihak lawan kepada SBY dan Prabowo," ucapnya.

"Bahkan isu-isu  terebut akan digoreng habis-habisan, sehingga menjadi besar. Ujungnya untuk menumbangkan dan mengalahkan kekuatan SBY dan Prabowo yang saat ini berkoalisi," lanjut Ujang memaparkan.

Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, mengakui isu politis menjadi strategi ampuh dalam merebut suara publik. Menurutnya, 50% pertarungan Pilpres kali ini akan ditentukan oleh isu yang digunakan.

"Semakin sebaran isunya semakin luas, dan tingkat kepercayaan publik tinggi akan isu tersebut, maka peluang kemenangan semakin terbuka," katanya kepada Alinea.

serupa dengan Ujang, Karyono juga meyakini konflik SBY dan Antasari berpotensi kembali mencuat. "Bisa berpengaruh itu nanti sama konfigurasi politik Pilpres 2019," ucapnya.

Terkait isu #2019GantiPresiden yang dilancarkan oleh pihak lawan Jokowi, Karyono menilai wacana yang kerap diiringi dengan isu SARA itu, belum mampu merebut suara Jokowi. Menurutnya, hal ini disebabkan isu #2019GantiPresiden belum bisa merebut suara pemilih Jokowi.

"Dari data yang kami himpun, yang setuju dengan #2019GantiPresiden itu hanya 30%-an, yang tidak setuju itu 60%-an. Kalau dilihat lebih jauh, dari 30% itu ternyata pas ditanya terdapat irisan, bahwa 30% itu pemilihnya Prabowo Subianto, Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, dan AHY. #2019GantiPresiden ini belum besar pengaruhnya," kata Karyono menjelaskan.

Berita Lainnya
×
tekid