ADB: Indonesia harus beralih ke ekonomi hijau

Indonesia adalah penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar ke-4 di dunia.

Ilustrasi. Pixabay

Perubahan iklim akan berdampak negatif bagi dunia. Di mana 122 juta orang di dunia terancam miskin akibat perubahan iklim. Ekonomi global akan menyusut 3% pada 2050 akibat kurangnya ketahanan iklim. Meningkatnya risiko banjir di 136 kota pantai di dunia yang dapat menyebabkan kerugian secara global sebesar US$6 miliar. Hasil panen global diproyeksikan berkurang 5% pada 2030 dan 30%  pada 2080 akibat perubahan iklim .

Deputy Country Director ADB untuk Indonesia Said Zaidansyah mengatakan, Indonesia adalah penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar ke-4 di dunia, dan berisiko menjadi salah satu negara yang paling terdampak perubahan iklim. Hal tersebut akan menjadi ancaman terhadap pencapaian pembangunan dan prospek masa depan.

Risiko ini diperbesar oleh kondisi geografis kepulauan Indonesia. Di mana Indonesia memiliki daerah yang rentan bencana alam, kota-kota besar terancam oleh naiknya permukaan laut, deforestasi dan degradasi lingkungan yang terus berlangsung.

“Maka hal yang perlu dlakukan adalah, segera beralih ke ekonomi hijau atau pemulihan hijau,” katanya dalam webinar dengan tema “Keluar Dari Ekonomi Ekstraktif, Menuju Hijau dan Inklusif” melalui kanal Youtube Greenpeace Indonesia, Kamis (18/3).

Said menyebutkan, secara umum ekonomi hijau bisa dikatakan sebagai sistem atau pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan, dapat mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis, serta mendorong pembangunan berkesinambungan, rendah karbon, dan inklusif.