Digital payment, cara konglomerat kelola aset data

Bisnis pembayaran digital yang dilakoni perusahaan ritel, bukan semata bisnis pembayaran. Namun juga terkait pada lautan data.

Ilustrasi/Pexels.com

Sejumlah konglomerat ritel di Indonesia bergegas masuk ke bisnis digital payment. Jika tidak mulai masuk sekarang, bisnis konglomerat akan terlambat mengelola aset data konsumen mereka. 

Pekan ini, ramai dikabarkan bahwa PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) berencana untuk menawarkan pembayaran digital. Raksasa ritel berbagai departemen store ini dikabarkan telah mengajukan proses perizinan uang elektronik ke Bank Indonesia. 

Ada juga Salim Group yang dikabarkan tertarik untuk masuk ke sistem pembayaran digital. Keinginan Salim merambah produk pembayaran elektronik memang telah dikabarkan sejak tahun lalu, saat itu Pimpinan Salim Group, Anthoni Salim mengaku tengah mempersiapkan model pembayaran elektronik. Salim Group ingin pembayaran digital digunakan pada jaringan toko ritelnya seperti Indomaret misalnya. 

Bisnis pembayaran digital yang dilakoni perusahaan ritel, bukan semata fasilitas pembayaran yang bisa dilakukan. Namun juga terkait pada lautan data atau yang dikenal dengan big data. Lewat data konsumen, perusahaan nantinya dapat dengan mudah mengembangkan bisnisnya dan mengetahui konsumennya yang loyal. 

Seperti diketahui, sejauh ini bidang usaha pengguna utama big data adalah perusahaan telekomunikasi, perbankan dan produsen barang-barang konsumsi seperti makanan dan minuman (consumer goods). Belakangan, sejumlah perusahaan mulai bergerak untuk mengolah data para konsumennya.  Sebab manfaat big data khususnya di dunia usaha terbilang besar, misalnya untuk mengetahui respon masyarakat atas produk yang dikeluarkan. Berikut juga membantu perusahaan mengambil keputusan lebih tepat dan akurat berdasarkan data.