Darurat wabah PMK dan potensi kerugian triliunan rupiah

Kerugian akibat penyakit mulut dan kuku tidak hanya melanda para peternak tetapi sektor-sektor lain yang terkait, termasuk anggaran negara.

Ilustrasi Alinea.id/MT. Fadillah.

Truk dan pickup nampak lalu lalang di Desa Suru, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur beberapa hari terakhir ini. Ketua Kelompok Tani Tenanan Desa Suru, Rumadi menyebut kendaraan tersebut singgah untuk menjemput sapi-sapi milik anggota Kelompok Tani yang dijual. 

“Mereka panik karena sapi yang kena PMK (Penyakit Mulut Kuku) semakin banyak,” ujarnya, kepada Alinea.id, Rabu (11/5).

Peristiwa panic selling atau penjualan karena kepanikan yang dialami pedagang tetap terjadi di Desa Suru. Padahal, Rumadi telah koar-koar menjelaskan bahwa meskipun penyakit ini tergolong sangat menular, namun memiliki tingkat mortalitas alias kematian rendah. 

Sampai Kamis (12/5) kemarin, baru dua ekor sapi mati, dari total 300-an sapi yang dimiliki oleh 127 anggota Kelompok Tani Tenanan. Selain itu, sapi sakit pun juga memiliki peluang sembuh lumayan tinggi, jika diberikan perawatan intensif berupa karantina, sterilisasi kandang dan peralatan peternakan, hingga pemberian antibiotik dan berbagai vitamin untuk menyembuhkan penyakit penyerta yang dimiliki ternak. 

“Karena penyakit penyertanya ini yang bisa bikin sapi tambah sakit. Kuncinya, telaten ngerawat sama dikasih obat-obatan. Dengan itu, mudah-mudahan bisa sembuh,” imbuh peternak sapi 46 tahun itu.