close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi bakteri pemakan daging. /Foto Unsplash
icon caption
Ilustrasi bakteri pemakan daging. /Foto Unsplash
Sosial dan Gaya Hidup
Selasa, 16 September 2025 17:08

Infeksi bakteri pemakan daging kian meluas: Apa yang harus diwaspadai?

Di AS, satu dari lima orang yang terinfeksi bakteri pemakan daging meninggal dunia. Apa yang harus kita waspadai?
swipe

Kasus kematian karena infeksi bakteri pemakan daging kian marak di berbagai belahan dunia. Juli lalu, pria berusia 77 yang tinggal St. Louis, Mississippi, Amerika Serikat, meninggal dunia karena terinfeksi bakteri Vibrio vulnificus. Bakteri menginfeksi lewat  luka kecil di kaki pria itu. 

Bakteri ini memicu lepuhan kulit yang cepat menyebar, merusak jaringan, dan dalam hitungan jam bisa menyebabkan sepsis, amputasi, bahkan kematian. Menurut Centers for Disease Control (CDC), ada sekitar 150–200 infeksi serius setiap tahunnya di AS. Satu dari lima pasien meninggal hanya dalam beberapa hari setelah terinfeksi.

Lebih dikenal sebagai bakteri pemakan daging, V. vulnificus hidup subur di perairan hangat yang payau—tempat air laut dan air tawar bertemu. Jika dulu kasus banyak ditemukan di pantai selatan AS, seperti di Teluk Meksiko (Louisiana dan Florida), kini bakteri ini terdeteksi hingga Connecticut, Massachusetts, dan New York. Di sepanjang pantai Teluk dan Timur, infeksi yang tercatat meningkat delapan kali lipat dalam 30 tahun terakhir.

“Ini penyakit bawaan air paling mahal di AS karena berujung pada amputasi dan kematian, dan pengobatannya selalu sulit,” kata Jan Carlo Semenza, epidemiolog di Universitas Umeå, Stockholm, seperti dikutip dari National Geographic, Selasa (16/9). 

Pada 2023, dia menulis artikel di The New England Journal of Medicine yang menyoroti kaitan suhu yang lebih hangat dengan dua spesies Vibrio, bakteri leptospira, dan parasit cryptosporidium.

Tulisan Semenza itu menjadi bagian dari riset yang terus bertambah, menunjukkan bagaimana patogen air kian umum dan menyebar ke wilayah baru seiring naiknya suhu global. Para ilmuwan juga menduga suhu yang lebih panas mengubah pola risiko kita—memicu kebutuhan pendingin ruangan dan mendorong orang lebih lama beraktivitas di perairan yang berisiko.

Tak hanya penyakit air makin betah berkembang, populasi manusia yang terpapar pun makin rentan. “Mereka yang hidup dengan penyakit kronis lebih imunokompromi, sehingga lebih sulit melawan infeksi,” kata John Sinnott, ketua Departemen Penyakit Dalam University of South Florida College of Medicine dan mantan direktur Florida Infectious Disease Institute.

“Kasusnya memang langka, tapi kekhawatiran kami jika suhu air terus naik, mereka akan jadi makin umum,” kata Daniel Egan, spesialis penyakit menular di Orlando Regional Medical Center, Florida.

Selama tiga dekade terakhir, suhu permukaan laut naik drastis. Pada 2024, suhu rata-rata permukaan laut global jadi yang tertinggi dalam catatan—lonjakan yang dikaitkan dengan gas rumah kaca di atmosfer.

“Ada hubungan langsung antara kenaikan suhu permukaan laut dan kenaikan kasus,” kata Semenza.

Ia terutama menyoroti bakteri Vibrio yang hidup di air payau, tempat suhu hangat, salinitas sedang, dan nutrien air membantu bakteri bereplikasi lebih cepat. Perairan payau juga habitat ideal kerang dan tiram yang bisa terinfeksi bakteri ini dan kerap jadi biang infeksi manusia.

Meski bakteri ini selalu ada, kepadatan yang lebih tinggi di air membuat infeksi lebih mungkin terjadi. Suhu optimal Vibrio berkisar antara 20°C–35°C (68°F–95°F). Ketika musim panas makin panjang hingga musim gugur, bakteri ini bisa hidup lebih lama. Laporan Climate Central Mei lalu menemukan, rata-rata kota di dunia mengalami tambahan sebulan hari panas ekstrem.

Selain menciptakan kondisi optimal bagi bakteri berkembang, Semenza khawatir semakin banyak hari panas akan membuat orang lebih sering menghabiskan waktu di air. Suhu panas yang berkepanjangan juga menyusutkan badan air, meningkatkan kepadatan bakteri di air yang tersisa.

Beberapa spesies Vibrio lain, seperti V. parahaemolyticus dan V. alginolyticus, juga makin sering terdeteksi, menyebabkan gejala mulai dari gangguan pencernaan hingga demam dan infeksi kulit (selulitis).

Tak cuma di air payau

Air tawar pun bisa menyimpan mikroba ganas. Meski sangat jarang—sekitar 10 kasus per tahun di AS—paparan amoeba Naegleria fowleri hampir selalu fatal. Begitu masuk melalui rongga hidung, amoeba ini bergerak lewat saraf olfaktori menuju otak dan mulai merusak jaringan. Amoeba ini sangat mematikan karena bukan bakteri sehingga tak bisa diobati antibiotik.

Kasus N. fowleri naik 1,6 persen per tahun sejak 1965 di seluruh dunia. Kasus terbaru di AS terjadi saat libur 4 Juli di South Carolina, ketika seorang anak 12 tahun meninggal setelah melompat ke Danau Murray dan kemasukan air yang terinfeksi lewat hidungnya.

Penyakit air lain seperti Legionnaires’ disease—disebabkan bakteri Legionella pneumophila—juga meningkat tajam seiring suhu naik. Jika dulu lebih banyak di kota-kota Timur Laut AS, kini Legionella ditemukan di Midwest dan menjangkiti orang pada musim gugur yang panas, bukan hanya musim panas. Kasus naik lebih dari 84 persen sejak awal 2000-an dan menewaskan sekitar 10 persen pasien.

Riset menunjukkan hujan lebih lebat, kelembapan tinggi, dan suhu panas mendorong peningkatan bakteri Legionella di air. Tapi penularannya paling sering terjadi saat seseorang menghirup kabut air yang terkontaminasi dari menara pendingin AC, jacuzzi, sauna, kolam renang, atau taman bermain air.

“Legionnaires kita dapat saat harus lebih banyak pakai AC, yang makin lazim saat panas,” kata Semenza.

Ilustrasi banjir. /Foto Pixabay

Cara melindungi diri

Untuk infeksi yang terjadi lewat luka seperti Vibrio, cara paling mudah menghindarinya adalah jangan masuk ke air bila ada luka terbuka. Jika terpapar air, bersihkan luka dengan sabun dan air, ganti perban tiap 12 jam, dan jangan kembali ke air hingga sembuh, kata Egan.

Dinas kesehatan lokal dan negara bagian di AS kerap memantau serta memberi peringatan tentang tingginya kadar bakteri di badan air tertentu, terutama di musim panas. Cek situs mereka atau ikuti media sosialnya. Waspada terutama akhir Juli–Agustus saat air paling hangat.

Setelah badai besar atau banjir, jangan masuk ke air keruh di mana sulit melihat dasar—Anda jadi sulit menghindari cedera, dan air kemungkinan tercemar. Jika terluka, kenali tanda umum infeksi seperti demam, menggigil, keringat malam, kelelahan, atau rasa tak enak badan. Luka mungkin terinfeksi jika kemerahan, hangat, dan keluar nanah.

Infeksi serius seperti V. vulnificus menimbulkan kemerahan yang cepat menyebar di sekitar luka hanya dalam beberapa jam dan membutuhkan perawatan darurat segera.

Di Asia, kasus-kasus kematian karena bakteri pemakan daging sempat marak di Jepang pada Juli 2024. Namun, ketika itu, penyebarannya tidak sampai ke Indonesia. 

 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan