Defisit neraca perdagangan semakin melebar

Sepanjang tahun ini, Indonesia baru mencatatkan sekali surplus neraca perdagangan, yaitu pada Maret sebesar US$ 1,12 miliar.

Petugas PT Pelindo I memantau proses bongkar muatan sapi impor Australia dari Kapal MV Nine Eagle, yang tiba di Pelabuhan Belawan milik PT Pelindo I, di Medan, Sumatra Utara, Kamis (7/6) / Antara Foto

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan pada Mei 2018 mengalami defisit sebesar US$ 1,52 milliar. Hal itu dipicu oleh defisit sektor migas sebesar US$ 1,24 milliar dan nonmigas US$ 0,28 milliar. 

Dengan begitu, sepanjang tahun ini, defisit neraca perdagangan Indonesia sudah mencapai US$2,83 miliar. Sepanjang tahun ini, Indonesia baru mencatatkan sekali surplus neraca perdagangan, yaitu pada Maret sebesar US$ 1,12 miliar.

Kepala BPS Suharyanto menjelaskan, kenaikan impor golongan bahan baku/penolong memberikan peranan terbesar, yaitu 74,30% dengan nilai sebesar US$ 13,11 miliar. 

"Kalau bulan lalu kita defisit US$ 1,63 milliar. Pada Mei, kita masih defisit US$ 1,52 milliar. Pertumbuhan ekspornya bagus selama Mei, tapi pertumbuhan impornya naik tinggi," jelas Suharyanto, Senin (25/6) di kantornya. 

Nilai impor Indonesia Mei 2018 mencapai US$17,64 miliar atau naik 9,17% dibanding April 2018, demikian pula jika dibandingkan Mei 2017 meningkat 28,12%.