Gubernur BI: Sekarang merupakan era bunga yang meningkat

Kalau seandainya tingkat bunga di negara maju meningkat, yield daripada surat utang menjadi meningkat. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) berpegangan tangan dengan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kedua kanan), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso (kiri) dan Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah (kanan) saat memberikan keterangan pers seusai pertemuan forum Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) triwulan I-2018 di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta./AntaraFoto

Ekonomi dunia cenderung mengalami tekanan. Biasanya, bunga acuan menjadi instrumen yang kerap dipergunakan. Cara memposisikan suku bunga acuan, menjadi acuan strategi yang dilakukan pada setiap negara. 

"Ada kemungkinan era bunga murah sudah di belakang. Sekarang merupakan era bunga yang meningkat," jelas Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Kamis (3/5)

Kalau seandainya tingkat bunga di negara maju meningkat, yield daripada surat utang menjadi meningkat. Kendati begitu, sebenarnya negara maju juga ingin melihat respon negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal itu untuk menganalisa kebijakan lain yang mungkin akan ditempuh pasca mengetahui respon pasar.   

Jika bercemin dari yield SBN 10 tahun yang sudah meningkat, yakni mendekati 7% bahkan pernah melebihi itu. Mungkin ada baiknya ketika memasuki primary market, pemerintah menghitung dengan bijak besaran kupon yang diberikan, agar bisa kompetitif.

Tentu saja hal itu tidak akan menggerus cadangan devisa negara. Apalagi bila dibandingkan dengan 10 tahun lalu, transaksi luar negeri yang dilakukan Indonesia pada saat ini, sudah banyak mengurangi penggunaan valuta asing. Ini tidak terlepas dari kesadaran banyak pihak, untuk melakukan lindung nilai atau hedging. Jadi, tidak perlu khawatir cadangan devisa akan banyak tergerus untuk membayar utang.