Gulaliku, UMKM kerajinan tangan yang menolak kalah dari pandemi

Pandemi mendorong UMKM berinovasi dan mengubah strategi pemasaran sesuai pola belanja konsumen.

Ragam produk kerajinan (kriya) Gulaliku. Foto Dokumentasi Gulaliku.

Tidak ada yang meragukan kekayaan alam Indonesia. Tidak akan ada pula satu orang pun yang mampu menafikan keberlimpahannya. Tetapi tidak semua orang menyadari bahwa semua ini hanyalah titipan yang perlu dijaga.

Pasangan suami-istri, Faizal Azmi Ardika (27 tahun) dan Ameylia Kurniawati (29 tahun) barangkali hanya segelintir orang yang menyadari akan pentingnya kelestarian alam bagi anak-cucu. Bagi keduanya, segala yang diambil dari alam, harus kembali pula untuk alam.

Pasangan muda yang kini menetap di Yogyakarta itu, merupakan pemilik toko daring berlabel Gulaliku Art and Craft. Kata ini memiliki makna yang cukup filosofis. Bila ingin mendapatkan sesuatu yang manis (gula), maka orang harus berani melalui jalan yang berliku (liku). Setidaknya begitu, kata sang empunya toko.

Bisnis mereka fokus pada industri kerajinan tangan atau kriya yang memanfaatkan kekayaan alam. Mulai dari anyaman, vas bunga, pasfoto dan produk kreatif berbahan kayu untuk dekorasi rumah diproduksi oleh Gulaliku Art and Craft.

Faizal sendiri adalah alumni Akademi Desain Visi Yogyakarta (ADVY), sedangkan istrinya Ameylia merupakan lulusan Sastra Inggris di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Nganjuk.