Impor migas masih jadi biang kerok defisit neraca dagang

Pada November 2019 impor migas meningkat drastis 21,60% menjadi US$ 2,134 juta dibandingkan Oktober

Ilustrasi kilang minyak. Foto Antara.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan impor minyak dan gas (migas) masih menjadi penyumbang impor terbesar Indonesia pada November 2019. BPS mencatat pada November 2019 impor migas meningkat drastis 21,60% menjadi US$ 2,134 juta dibandingkan Oktober 2019 sebesar US$1,755 juta.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan impor migas dipicu oleh naiknya seluruh komponen migas.

"Penyebab utama defisit neraca perdagangan masih terjadi karena impor migas, meskipun secara tahunan impor migas menurun dan impor non migas masih mengalami surplus," katanya di Kantor BPS, Jakarta, Senin (16/12).


Adapun komponen yang naik yakni impor minyak mentah sebesar 84,15%, menjadi US$661,3 juta dibandingkan Oktober 2019 yang hanya US$359,1 juta.

Kemudian, hasil minyak yang meningkat sebesar 5,82% menjadi US$1,250 juta di November 2019, dibandingkan Oktober 2019 yang hanya sebesar US$1,181 juta. Lalu, gas sebesar 3,81% menjadi US$223 juta dibandingkan bulan lalu yang hanya US$215 juta.