Di Eropa, label harga digital telah digunakan di lebih dari 80 persen supermarket.
Di tengah tren digitalisasi ritel, supermarket-supermarket di Amerika Serikat mulai beralih dari label harga kertas ke label harga digital—layar kecil elektronik yang memungkinkan perubahan harga secara instan dari pusat komputer. Meski menawarkan efisiensi tinggi bagi pengecer, kehadiran teknologi ini memicu kekhawatiran di kalangan konsumen dan pembuat kebijakan tentang potensi manipulasi harga secara dinamis.
Label digital memungkinkan toko mengubah harga ribuan produk hanya dalam hitungan menit, alih-alih membutuhkan waktu berjam-jam mengganti label satu per satu. Namun, beberapa konsumen khawatir label ini bisa dimanfaatkan untuk menaikkan harga saat permintaan tinggi—misalnya, harga es krim saat cuaca panas atau payung ketika hujan. Kekhawatiran ini merebak di media sosial dan bahkan mendorong sejumlah legislator AS mengusulkan pembatasan hingga pelarangan total penggunaannya.
Belum terbukti picu lonjakan harga
Meski dikelilingi kekhawatiran, hasil studi terbaru menunjukkan bahwa label digital belum terbukti menyebabkan lonjakan harga. Penelitian lima tahun terhadap jaringan supermarket di AS yang tidak disebutkan namanya, mengungkapkan bahwa hanya 0,0006 persen produk mengalami kenaikan harga sesaat setelah label digital diperkenalkan—angka yang sangat kecil. Bahkan, diskon justru tercatat sedikit lebih sering diberikan setelah label digital diterapkan.
“Ketakutan soal harga yang naik mendadak tidak didukung bukti sejauh ini,” kata Ioannis Stamatopoulos, ekonom dari University of Texas yang terlibat dalam studi tersebut.