Menkeu proyeksikan defisit APBN di akhir tahun di kisaran 5,2-5,4%

Pertumbuhan ekonomi diharapkan akan terus meningkat didukung oleh pertumbuhan konsumsi, investasi, sektor keuangan, dan ekspor.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Foto Reuters.

APBN masih menjadi instrumen yang luar biasa penting dalam menangani pandemi Covid-19 dan memulihkan ekonomi. Meski demikian, berbeda dengan periode yang sama tahun lalu, realisasi APBN sampai dengan Oktober 2021 melanjutkan kinerja baik. Hal ini dilihat dari pendapatan dan belanja negara yang mengindikasikan pemulihan ekonomi terus berlanjut.

“Jadi memang APBN itu sebagai frontliner sama seperti tenaga kesehatan (nakes). Kalau nakes di bidang kesehatan, kita di bidang instrumen itu ada di depan,” ungkap Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati seperti dilansir dari kemenkeu.go.id.

Menkeu menyampaikan, pendapatan negara sampai dengan Oktober tumbuh 18,2% dan diproyeksikan tumbuh 16,3% di akhir tahun dengan proyeksi realisasi Rp1.916 triliun. Pertumbuhan ini didukung dari pertumbuhan penerimaan pajak, kepabeanan dan cukai, serta penerimaan negara bukan pajak.

“Ini memang kombinasi dari banyak hal dimana yang kita berikan dukungan insentif kepada dunia usaha dan basis tahun lalu yang rendah memberikan sekarang kemampuan kita untuk pick up cukup tinggi,” jelas Menkeu.

Lebih lanjut ia menyatakan catatan positif ini menggambarkan dukungan dan kegiatan ekonomi berdegup keras meski sempat dihantam varian Delta yang puncaknya pada Juli-Agustus lalu. Aktivitas masyarakat untuk melakukan konsumsi memang menurun namun tidak berhenti dan momentumnya masih terakselerasi.