Pembiayaan infrastruktur hijau di 2024 butuh US$451 miliar

Sektor swasta menyumbang 42% dari kebutuhan pendanaan.

Foto dokumen PT SMI.

PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), Asian Development Bank (ADB), dan Climate Bonds Initiative (CBI) meluncurkan laporan Green Infrastructure Investment Opportunities (GIIO): Green Recovery. Laporan ini mengidentifikasi dan menganalisis beberapa proyek infrastruktur hijau yang terbuka untuk investasi dan pengembangan potensial di Indonesia.

Laporan ini merupakan yang ketiga dalam seri Climate Bonds GIIO Indonesia. Adapun yang perdana diterbitkan di tahun 2018 dan diperbarui pada akhir 2019.

Titik berat laporan ini adalah pada peran pendanaan sektor swasta dalam menutup kesenjangan infrastruktur hijau dan mitigasi iklim, serta menampilkan total delapan proyek hijau di empat sektor, yakni energi terbarukan, transportasi rendah karbon, infrastruktur air, dan pengelolaan limbah. Sekitar lima puluh samples project pipeline yang membutuhkan pinjaman dan investasi, juga diidentifikasi.

Menurut laporan tersebut, diperlukan US$451 miliar untuk membiayai infrastruktur pada tahun 2024, di mana sektor swasta menyumbang 42% dari kebutuhan pendanaan. Sektor energi dan transportasi bertanggung jawab atas lebih dari 90% kebutuhan pendanaan mitigasi iklim Indonesia sebesar US$245 miliar dari US$264 miliar yang dibutuhkan pada tahun 2030.

Labelled bonds, seperti obligasi hijau atau keberlanjutan, telah digunakan untuk menarik modal swasta hijau. Contohnya, green bond alias obligasi hijau senilai Rp500 miliar (US$34,9 juta) yang diterbitkan pada tahun 2018 oleh PT SMI.