Pengamat pertanyakan efektivitas 53 TOD

Pemerintah membangun TOD  dalam rangka mengurangi kemacetan melalui integrasi transportasi moda

Pejalan kaki melintas melewati "underpass" Sudirman yang ditutup bagi kendaraan bermotor di Jalan Kendal, Jakarta Pusat, "underpass" tersebut ditutup untuk dijadikan pedestrian penunjang Transit Oriented Development (TOD) Dukuh Atas./AntaraFoto

Guna mengoptimalkan penggunaan transportasi umum, Badan Pengelola Tranportasi Jabodetabek (BPTJ) menargetkan, bisa membangun 53 Transit Oriented Development (TOD) sampai akhir 2019. Namun, apakah langkah tersebut optimal guna membuat masyarakat beralih kendaraan pribadi ke transportasi umum?

Menurut pengamat Transportasi Universitas Indonesia Mohamad Ali Berawi, target yang dicanangkan oleh BPTJ untuk 53 TOD tidak efisien. 

"57 titik ini, bagi saya kebanyakan, taruh lah 10 titik dikasih apartemen semua, bagaimana mau mengisi transportasi umum atau dalam hal ini misalnya LRT?," kata Ali kepada Alinea.id, Rabu (21/3). 

TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti busway/BRT, kereta api kota (MRT), kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda. 

Pemerintah membangun TOD  dalam rangka mengurangi kemacetan melalui integrasi transportasi moda, tapi tidak akan optimum tanpa revitalisasi wilayah.