Penipuan binary option bukan semata kesalahan influencer, tetapi lemahnya pengawasan pemerintah

Masyarakat yang memiliki literasi keuangan dan digital yang rendah ini menjadi sasaran empuk dari penjaja investasi bodong.

ilustrasi. foto Pixabay

Kasus dugaan penipuan binary option tak sepenuhnya kesalahan influencer atau afiliator semata. Menurut Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda dugaan kasus penipuan ini tak lepas dari lemahnya pengawasan awal pemerintah.

Menurut Nairul, saat ini regulasi di Tanah Air belum mengatur perihal influencer atau seseorang yang mempromosikan aplikasi trading ilegal. Sehingga, platform trading ilegal ini dapat dengan leluasa membayar atau menyewa influencer ini untuk mempromosikan produknya.

"Selain itu, aturan seseorang menyebarkan berita bohong ataupun platform yang terindikasi penipuan di internet belum kuat. Para penipu berani menyewa influencer untuk mengiklankan platform penipu itu," ujar Nairul dalam keterangannya, Minggu (13/2).

Nairul menegaskan, banyaknya nasabah yang merasa tertipu dari kasus binary options ini disebabkan oleh kurangnya literasi digital dan literasi keuangan masyarakat. Kemudian, masyarakat juga tergiur keuntungan yang besar dengan cara yang relatif instan tanpa mempertimbangan risikonya.

"Ada dua sisi kenapa masyarakat kita mencoba-coba jenis investasi yang tidak sedikit ternyata ilegal. Sisi pertama dari sisi masyarakatnya yang ingin mendapatkan keuntungan secara kilat namun tidak memiliki literasi digital dan keuangan yang kuat," katanya.