Potensi shifting ke LPG subsidi tinggi, ini saran DPR

Jika terjadi perpindahan dari pelanggan nonsubsidi ke subsidi, maka akan berpotensi terjadi kelangkaan LPG disebabkan demand meningkat.

Ilustrasi LPG 3 kg atau gas melon, yang dikhususkan bagi masyarakat kurang mampu karena ada subsidi pemerintah. Dokumentasi Kementerian ESDM

Disparitas harga antara liquefied petroleum gas (LPG) nonsubsidi dan subsidi semakin jauh setelah PT Pertamina (Persero) kembali menaikkan harga LPG nonsubsidi. Sementara itu, LPG subsidi atau yang dikenal dengan gas melon harganya tidak naik.

Semakin jauhnya selisih harga membuat potensi masyarakat untuk beralih ke LPG subsidi semakin tinggi. Dengan kondisi seperti ini, menurut Anggota Komisi VII DPR, Mulyanto, pengawasan harus ditingkatkan.

"Kemungkinan masyarakat pengguna LPG nonsubsidi beralih ke LPG subsidi sangat tinggi karena disparitas ini," ungkapnya kepada Alinea.id, Rabu (2/3).

Dia menjelaskan, kewenangan pengawasan ada di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang membatasi distribusi LPG oleh Pertamina. Ini dilakukan agar sesuai dengan kuota subsidi.  

"Pengawasannya, kan, terlihat sangat lemah. Terbukti LPG subsidi ini sering langka dan harga di atas harga eceran tertinggi (HET)," jelasnya.